Jumat, 19 November 2010

Jumat, 06 Agustus 2010

AKREDITASI SEKOLAH

Pada hari ini 06 Agustus 2010 SDN Tunas Karya di Akreditasi oleh Asesor Kab, Bandung Barat
dari Pengawas Cipatat dan Gununghalu yaitu:
1. Bapak Nanang
2. Bapak Nana
Akreditasi dimulai dari pagi pukul 07.00 WIB sampai Pukul  14.30 , Asesor disambut dengan upacara penyambutan dan kesenian Degung dari SDN Tunas Karya,
Akreditasi Dimulai dengan Pembukaan Oleh Ibu Kepala Sekolah : Dra. Purmasih dan Ketua Komite Sekolah, setelah pembukaan dilaksanakan dilakukan visit ke kelas oleh Asesor dari Kelas 1 sampai kelas 6 , dan pemeriksaan Administrasi kelas dan Kepala Sekolah. dan diakhiri dengan penutupan oleh asesor.
Mudah-mudahan hasil Akreditasi Sekolah ini bisa mendapatkan nilai yang memuaskan....Amin.

Beberapa Foto Dokumentasi Akeditasi





















Senin, 31 Mei 2010

O2SN

post signatureDalam O2SN tahun 2009-2010 sekarang SDN Tunas Karya terpilih seorang pemain Sepak Bola / futsal Tingkat Provinsi Jawa Barat  yaitu Kelas IV  AGUS PERMANA ,

Minggu, 02 Mei 2010

UASBN SD Tanggal 4,5,6. Mei 2010.

UASBN SD tanggal 4-6 akan dilaksnakan, siswa SDN Tunas Karya akan bergabung dengan SDN Kancah sebagian guru menjadi panitia UASBN di SDN Kancah sedang yang mengawas di SDN Cihideung yaitu : Taufik Mulyana, SPd. dan Meymey Srilestari, SPd. menjadi Pengawas UASBN di SDN Cihideung hari selasa sampai hari kamis. Semoga Semua Siswa yang mengikuti UASBN bisa Lulus 100%....Amin.

Senin, 05 April 2010

CALISTUNG

Calistung tingkat kecamatan parongpong dimulai hari tanggal 5 April 2010 bertempat di SDN Ciwaruga , diikuti oleh SD seluruh kec. parongpong dari mulai kelas I sampai kelas III, untuk mengambil juara tingkat kecamatan yang akan diikutsertakan tingkat kabupaten dan sampai ketingkat nasional. dari SDN Tunas Karya diikuti oleh kelas I,   MIRA, kelas II Anti  dan kelas III  IRA. dan Guru pembimbing H. Tatang Tarkaya, Meymey Sri Lestari, S.Pd, dan kepala Sekolah Dra. Purmasih.

Rabu, 24 Maret 2010

SUPERVISI ADMINISTRASI DAN MANAGERIAL

SUPERVISI  ADMINISTRASI DAN MANAGERIAL
Tanggal 24 Maret 2010 SDN Tunas Karya  di Supervisi oleh Pengawas TK SD UPTD Pendidikan Kecamatan Parongpong Kab. Bandung Barat
pemeriksaan dimulai dari Administrasi Kelas, dari kelas I  sampai kelas VI  dan pelaksanaan Pembelajaran di tiap kelas. Tim Supervisi terdiri dari Drs. Untung , H. Aripin , Karyana, SPd
.setelah di periksa administrasi di lakukan pembinaan terhadap guru-guru SDN Tunas Karya yang pada intinya hasil Supervisi di SDN Tunas Karya ada peningkatan secara administrasi atau prasarana.

Selasa, 02 Februari 2010

Kepala Sekolah SDN Tunas Karya



















Nama            : Dra. Purmasih 
NIP               : 196004051979122003
Golongan      :   IVa
Jabatan         : Kepala Sekolah
Alamat          : Cimahi
Email             : sdntunaskarya@gmail.com
Web               : www. sdntunaskarya.co.cc


Kepala Sekolah Tahun Ajaran 2010-2011
Nama            :Dayat,S.Pd
NIP               :
Golongan      :   IVa
Jabatan         : Kepala Sekolah
Alamat          : Cihideung
Email             : sdntunaskaryasukawana@gmail.com
Web               : www. sdntunaskarya.blogspot.com

Selasa, 26 Januari 2010

Khalifah Umar Bin Khattab dan Penggali Parit

Sigit Suprianto 19 Januari jam 11:55 Balas


Umar bin Khattab tidak saja di kenal sebagai khalifah yang berwibawa, tapi juga sederhana dan merakyat. Untuk mengetahui keadaan rakyatnya, Umar tak segan-segan menyamar jadi rakyat biasa.

Ia sering berjalan-jalan ke pelosok desa seorang diri. Pada saat seperti itu tak seorang pun mengenalinya bahwa ia sesungguhnya kepala pemerintahan. Kalau ia menjumpai rakyatnya sedang kesusahan, ia pun segera memberi bantuan.

Umar sadar, apa yang ada di tangannya saat itu bukanlah miliknya melainkan milik rakyat. Untuk itu Umar melarang keras anggota keluarganya berfoya-foya. Ia selalu berhemat dalam menggunakan keperluannya sehari-hari. Karena hematnya, untuk menggunakan lampu saja keluarga amirulmukminin ini amat berhati-hati. Lampu minyak itu baru dinyalakan bila ada pembicaraan penting. Jika tidak, lebih baik tidak pakai lampu.

“Anak-anakku, lebih baik kita bicara dalam gelap. Sebab, minyak yang digunakan untuk menyalakan lampu ini milik rakyat!” sahut khalifah ketika anaknya ingin bicara di tengah malam.

Dalam hidupnya, Umar senantiasa memegang teguh amanat yang diembankan rakyat di pundaknya. Pribadi Umar yang begitu mulia terdengar dimana-mana. Seluruh rakyat sangat menghormatinya. Rupanya, cerita tentang keagungan Khalifah Umar ini terdengar pula oleh seorang raja negara tetangga. Raja tertarik dan ingin sekali bertemu dengan Umar.

Maka pada suatu hari dipersiapkanlah tentara kerajaan untuk mengawalnya berkunjung ke pemerintahan Umar. Ketika raja itu sampai di gerbang kota Madinah, dilihatnya seorang lelaki sedang sibuk menggali parit dan membersihkan got di pinggir jalan. Lalu, di panggilnya laki-laki itu.

“Wahai saudaraku!” seru raja sambil duduk di atas pelana kuda kebesarannya.

“Bisakah kau menunjukkan di mana letak istana dan singgasana Umar?” tanyanya kemudian. Lelaki itu segera menghentikan pekerjaannya. Lalu, ia memberi hormat.

“Wahai Tuan, Umar manakah yang Tuan maksudkan?” si penggali parit balik bertanya.” Umar bin Khattab kepala pemerintahan kerajaan Islam yang terkenal bijaksana dan gagah berani,” kata raja. Lelaki penggali parit itu tersenyum. “Tuan salah terka. Umar bin Khattab kepala pemerintahan Islam sebenarnya tidak punya istana dan singgasana seperti yang tuan duga. Ia orang biasa seperti saya,” terang si penggali parit,”.

“Ah benarkah? Mana mungkin kepala pemerintahan Islam yang terkenal agung seantero negeri itu tak punya istana?” raja itu mengerutkan dahinya.

“Tuan tidak percaya? Baiklah, ikuti saya,” sahut penggali parit itu.

Lalu diajaknya rombongan raja itu menuju “istana” Umar. Setelah berjalan menelusuri lorong-lorong kampung, pasar, dan kota, akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah sederhana. Diajaknya tamu kerajaan itu masuk dan dipersilakannya duduk. Penggali parit itu pergi ke belakang dan ganti pakaian. Setelah itu ditemuinya tamu kerajaan itu. “Sekarang antarkanlah kami ke kerajaan Umar!”kata raja itu tak sabar.

Penggali parit tersenyum. “Tuan raja, tadi sudah saya katakan bahwa Umar bin Khattab tidak mempunyai kerajaan. Bila tuan masih juga bertanya di mana letak kerajaan Umar itu, maka saat ini juga tuan-tuan sedang berada di dalam istana Umar!”

Hah?!” Raja dan para pengawalnya terbelalak. Tentu saja mereka terkejut. Sebab, rumah yang di masukinya itu tidak menggambarkan sedikitpun sebagai pusat kerajaan. Meski rumah itu tampak bersih dan tersusun rapi, namun sangat sederhana.

Rupanya raja tak mau percaya begitu saja. Ia pun mengeluarkan pedangnya. Lalu berdiri sambil mengacungkan pedangnya.

“Jangan coba-coba menipuku! Pedang ini bisa memotong lehermu dalam sekejap!” ancamnya melotot.

Penggali parit itu tetap tersenyum. Lalu dengan tenangnya, ia pun berdiri.” Di sini tidak ada rakyat yang berani berbohong. Bila ada, maka belum bicara pun pedang telah menebas lehernya. Letakkanlah pedang Tuan. Tak pantas kita bertengkar di istana Umar,” kata penggali parit. Dengan tenang ia memegang pedang raja dan memasukkannya kembali pada sarungnya.

Raja terkesima melihat keberanian dan ketenangan si penggali parit. Antara percaya dan tidak, dipandanginya wajah penggali parit itu. Lantas, ia menebarkan kembali pandangannya menyaksikan “istana” Umar itu. Muncullah pelayan-pelayan dan pengawal-pengawal untuk menjamu mereka dengan upacara kebesaran. Namun, raja itu belum juga percaya.

“Benarkah ini istana Umar?”tanyanya pada pelayan-pelayan.

“Betul, Tuanku, inilah istana Umar bin Khattab,” jawab salah seorang pelayan.

“Baiklah,” katanya. Raja memang harus mempercayai ucapan pelayan itu.

“Tapi, dimanakah Umar? Tunjukkan padaku, aku ingin sekali bertemu dengannya dan bersalaman dengannya!” ujar sang raja.

Dengan sopan pelayan itu pun menunjuk ke arah lelaki penggali parit yang duduk di hadapan raja.” Yang duduk di hadapan Tuan adalah Khalifah Umar bin Khattab” sahut pelayan itu.

“Hah?!” Raja kini benar-benar tercengang. Begitu pula para pengawalnya.

“Jad…jadi, anda Khalifah Umar itu…?” tanya raja dengan tergagap.

Si penggali parit mengangguk sambil tersenyum ramah.

“Sejak kita pertemu pertama kali di pintu gerbang kota Madinah, sebenarnya Tuan sudah berhadapan dengan Umar bin Khattab!” ujarnya dengan tenang.

Kemudian raja itu pun langsung menubruk Umar dan memeluknya erat sekali. Ia sangat terharu bahkan menangis melihat kesederhanaan Umar. Ia tak menyangka, Khalifah yang namanya disegani di seluruh negeri itu, ternyata rela menggali parit seorang diri di pinggir kota.

Sejak itu, raja selalu mengirim rakyatnya ke kota Madinah untuk mempelajari agama Islam.

Akhlak Rasulullah

Sigit Suprianto 24 Januari jam 19:12 Balas

Tak ada akhlaq sebagai akhlaq nya Rasulullah. Beliau tidak gila harta, tidak rakus, tidak licik, tidak culas, tidak khianat dan tidak mencekik. Beliau juga hidup sederhana.

Menyelami akhlak Rasul, ibarat kita menyelami samudra, terhampar luas seakan tak bertepi, indah mengagumkan dan menyimpan bulir-bulir mutiara yang amat berharga. Semakin kita mendalami, semakin kita dibuat terpesona oleh keanekaragaman ikan, plankton dan karangnya. Begitujuga akhlak Nabi, semakin kita mengkaji lebih dalam, semakin kita terbuai oleh kemuliaan yang senantiasa memancar dari sukmanya. Betapa hati terasa sejuk nikmat dan damai, jika beliau hadir di tengah kita. Pantas kiranya jika Allah SWT memuji dalam firman-Nya yang berbunyi,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam: 04)

Dalam kamus Al Muhith, akhlak menurut bahasa adalah tabiat, watak, harga diri dan agama. Ia merupakan gambaran batin seseorang, yang meliputi jiwa, sifat-sifat jiwa dan makna-makna khusus dari jiwa tersebut. Jika akhlak atau moral erat kaitannya dengan batin, maka pengejawentahan lahirnya adalah prilaku. Akhlak yang baik akan mencerminkan prilaku yang baik pula dan sebaliknya akhlak yang buruk akan mencerminkan prilaku yang buruk. Jadi, baik atau buruknya prilaku kehidupan manusia sangat tergantung pada hati yang ada di balik dadanya. Dan inilah yang menjadi modal utama bagi keutuhan sebuah bangsa.

Kita hampir sepakat bahwa ketidakstabilan ekonomi, sosial, hukum dan politik adalah akibat moral bangsa kita yang anjlok, runtuh dan tercabik-cabik. Korupsi yang menggurita, kriminalitas yang terus mendera, pornografi dan pornoaksi yang menyampah adalah potret bangsa yang menyesakkan dada. Tak heran jika musibah terus menghampiri kita.

“Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS.Asy Syura: 30).

Siklus alam yang biasanya mendatangkan berkah justru menjadi bencana. Lalu apakah bangsa kita akhirnya akan tergulung sebagaimana bangsa ‘Aad? Seorang penyair kenamaan, Ahmad Syauqi pernah mendendangkan lagunya yang berbunyi,
“Kekekalan suatu bangsa itu tergantung pada akhlaknya, apabila akhlak mereka hilang maka akan lenyaplah suatu bangsa.”

Wahai saudara-saudaraku, kita masih memiliki banyak kesempatan untuk membangun kesadaran diri masing-masing sebelum turun azab yang lebih besar lagi. Selama kita masih mengakui Muhammad sebagai Rasul teladan kita, maka percikan harapan yang menggantung nun jauh di sana akan kita raih. Dengan segenap rindu dan cinta, cahaya Muhammad harus kita tangkap lalu kita pantulkan ke bumi tercinta ini yang kering akan nilai-nilai spiritual (spiritual of values).

Oleh karena itu, di sini kita hanya akan memberikan kilas balik tentang empat akhlak Nabi yang menurut hemat penulis sangat dibutuhkan pada zaman sekarang ini dalam rangka menyehatkan dan mengawal moral bangsa dari kehancuran. Empat akhlak Nabi yang dimaksud adalah adil, jujur, penyayang dan pemalu. Apapun profesi kita dan siapapun kita, jika benar-benar mengimplementasikan kedua akhlak tersebut, niscaya kedamaian akan bertaburan di seluruh pelosok nusantara.

1. Keadilan

Kita sebagai bangsa besar yang mengaku sebagai bangsa pancasilais dan religius, ternyata begitu rapuh moralnya. Banyak kebijakan dan keputusan mengandung muatan yang bertentangan dengan moral, penuh dendam dan saling menjatuhkan. Produk kekuasaan seharusnya mengalir kepada rakyat dalam bentuk keadilan, kesejahteraan, kemakmuran, dan ketenteraman.
Coba kita menengok konsep keadilan yang pernah dipraktekkan Nabi, Infinite Justice: sebuah keadilan yang tak mengenal sekat ruang, pelaku dan takaran sekaligus tidak mengandung unsur kecongkakan dan kedengkian (ghurur dan ghulul). Memang terasa aneh, anak tukang ojek maling ayam dihakimi, tapi pejabat yang maling duit negara (rakyat) dalam jumlah miliaran kebal hukum. Kedua jenis kriminal tersebut di mata hukum sama salahnya, tapi lebih salah lagi jika maling yang dilakukan pejabat dan dalam takaran yang jauh lebih besar daripada seekor ayam bisa lolos dari jerat hukum. Tidak habis pikir, apa karena pelakunya adalah pejabat ataukah karena malingnya di lingkungan kantor?

Diskriminasi hukum yang sedang menggejala dewasa ini, pernah juga dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad pada saat menghadapi kasus pencurian yang dilakukan oleh Fathimah Al Makhzumiyah, putri dari kepala suku Al Makhzum. Beliau tetap menghukumnya meski mendapat amnesti dari Usamah bin Zaid, sahabat dekat Nabi. Sehingga menjelang sore beliau berpidato di depan para sahabat, “Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kalian semua adalah disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri. Ketika salah seorang yang dianggap memiliki kedudukan dan jabatan yang tinggi mencuri, mereka melewatkannya atau tidak menghukumnya. Namun, ketika ada seorang yang dianggap rendah, lemah dari segi materi, ataupun orang miskin yang tidak memiliki apa-apa, dan rakyat biasa, mereka menghukumnya. Ketahuilah, demi Zat yang jiwa Muhammad berada di dalam kekuasaan-Nya, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya.”(HR. Bukhari-Muslim).
Akhirnya, Nabi tetap menghukum Fathimah Al Makhzumiyah, sehingga ia kembali ke jalan yang benar.

Pada kasus lain, saat Nabi Muhammad sakit menjelang wafatnya, dengan istri yang jumlahnya 9, beliau tetap berupaya menunjukkan sikap keadilannya. Beliau meminta salah seorang sahabat agar menuntun dirinya untuk menggilir ke setiap istrinya. Beliau selalu memberikan apa yang menjadi hak seorang istri, hingga para istri Nabi merasa kasihan melihat kondisi Nabi dan mereka setuju dalam masa pengobatannya Nabi ditempatkan di rumah Aisyah. Keadilan yang dibangun oleh Nabi bukan sekadar memastikan bahwa pelaku kejahatan itu benar-benar diadili dan dihukum tapi juga untuk mengekang dan meminimalisir perbuatan kriminal. Kita bukan bermaksud untuk menyeret-nyeret zaman Nabi ke era moderen atau mempersoalkan hukum potong tangan dan praktik poligaminya, akan tetapi jauh lebih mulia dari itu, yaitu bahwa menjunjung tinggi kepastian hukum, mengusung keadilan yang inklusif-universal dan mementingkan kepentingan rakyat, keadilan bagi semua, adalah energi yang paling penting bagi kelangsungan sebuah bangsa.

2. Kejujuran
“Ikhlas beramal” adalah salah satu slogan yang sangat akrab di telinga kita. Namun apakah kita bisa menjamin seseorang bisa benar-benar ikhlas dalam beramal? Kehidupan yang sudah diformat dengan gaya kapitalis, rasanya susah untuk mencapai derajat sufi yang satu ini. Orang betawi bilang, “Hari gini gitu lho, mane ade yang gratis alias ikhlas tanpa imbalan”.

Salah-salah dalam bibir terucap ikhlas dengan gaji yang telah ditetapkan, tapi buntutnya nilep. Ini lebih menyeramkan, karena kejujuran telah tergadaikan oleh kemunafikan. Komitmen kejujuran harus dijunjung tinggi bersama, baik di level negara, pemegang kekuasaan (stake holders), korporat, maupun masyarakatnya. Bahkan kelanggengan dan keharmonisan rumah tangga juga sangat tergantung pada tingkat kejujuran dan keterbukaan dari kedua belah pihak.

Betapa mahal harga sebuah kejujuran, sehingga Nabi SAW pernah berpesan,
“Kamu sekalian harus bersikap jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu dapat mengarahkan pada kebaikan dan kebaikan bisa mengarahkan ke surga dan seorang laki-laki yang terus menerus bersikap jujur dan berusaha untuk bersikap jujur, maka di sisi Allah dia tercatat sebagai orang yang jujur. Dan berhati-hatilah kamu dari kebohongan, karena kebohongan bisa mengarahkan kamu ke perbuatan keji dan perbuatan keji bisa mengarahkan kamu ke neraka dan seorang laki-laki yang terus menerus berbuat bohong dan selalu berusaha untuk berbuat bohong, maka di sisi Allah dia tercatat sebagai pembohong”. (HR. Muslim)

Kata siapa “Jujur itu Hancur”?. Pameo yang sering terdengar di tempat kita. Meski agak iseng, kondisi bansa kita tak jauh dari itu. Padahal, jika dicermati, kata-kata itu hanya cocok pada orang yang tamak. Lihatlah Muhammad Rasulullah. Kejujurannya sebelum didaulat menjadi Rasul, diakui oleh para musuhnya, sehingga mereka memberi julukan Al Amin (orang yang jujur). Khadijah, seorang pembisnis wanita yang sukses pada waktu itu, memilih Nabi sebagai pendamping hidupnya juga karena faktor kejujurannya.

Oleh karena itu, dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih (good governance), kita harus berani berkata yang benar walaupun bagi sebagian orang memang terasa pahit! tapi itulah yang seperti diajarkan Rasulullah SAW “Katakanlah kejujuran itu walaupun pahit rasanya.!” Walaupun risiko yang diterima adalah cemooh ’sok suci’, pengucilan atau bahkan di-chutik- dari meja kerjanya, tapi itu lebih terhormat daripada kebusukan menjadi komoditas di balik kursi empuknya dan akhirnya terperosok dalam lingkaran kejahatan kolektif.


Sebagai penutup tulisan ini, kita sama-sama berdoa semoga dengan memperbaiki akhlak dan prilaku kita, serta menyadari kealpaan kita dalam meneladani Rasul SAW, kita akan mendapatkan kucuran rahmat dan berkah dari Allah SWT. Amin
Ingat sabda Nabi yang berbunyi, ” Diantara kamu sekalian yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari).

, Wallâhu `A’lam bi Ash Shawab.

Pergeseran Nilai Masyarakat

Sigit Suprianto 25 Januari jam 11:20 Balas

SALAH satu efek dari modernisasi adalah pergeseran nilai. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Ketika ada unsur baru yang menarik di hati, maka masyarakat pun dengan perlahan tapi pasti akan mengikut pada nilai tersebut. Dalam hal ini nilai positif yang konstruktif dan negatif yang destruktif.

Fenomena yang paling tampak depan mata adalah nilai budaya. Nilai ini setidaknya bisa dilihat dari tiga hal: kognitif, interaksi sosial, dan artefak. Dalam tingkatan kognitif, budaya berada dalam pikiran pemeluknya. Di situlah berkumpul nilai, pranata serta ideologi. Pada skala interaksi sosial, bisa dilihat dan dirasakan karena ada hubungan. Sedangkan dalam wilayah artefak, nilai yang telah diyakini oleh pemilik kebudayaan itu ada dijelmakan dalam bentuk benda-benda.

Jika melihat perihal masyarakat kita, pergeseran budaya memang wajar terjadi. Setidaknya ini terjadi karena efek dari modernisasi dan globalisasi. Terkadang juga nilai budaya yang telah lama dipegang menjadi sedemikian mudah untuk dilepaskan. Adalah karena terlalu kerasnya tarikan modernitas.

Modernitas seharusnya dimaknai sebagai pertemuan dari berbagai unsur dalam bumi. Ada kebaikan ada keburukan, ada tinggi ada rendah, ada atas ada bawah. Kita perlu selektif dalam mengadopsi unsur budaya yang masuk. Jangan sampai pranata sosial yang telah lama dibangun kemudian runtuh hanya persoalan kemilau modernitas.
DOWNLOAD NISN
SDN TUNAS KARYA
sdn Cigugur Girang
SDN SUKAHURIP
SDN CHIDEUNG
SDS MUTIARA NUSANTARA
SDN PANYAIRAN
SDN TUGU
SD AMAL KELUARGA
SD ADVENT
SDN CIHANJUANGSARI
SDN KARYAWANGI
SDN KARYA UTAMA
SDN MUNGGANG SALUYU
SDN JENGJINGRIGIL 2
SDN JENGJING R 1
SDN JENGJNG R TENGAH
SDS KARTIKA
SDN KANCAH
NUPTK

DOWNLOAD LAGU
INDONESIA RAYA
SATU NUSA SATU BANGSA

Rabu, 20 Januari 2010

Kepala Sekolah

Nama            : Dra. Purmasih 
NIP                : 196004051979122003
Golongan    :   IVa
Jabatan        : Kepala Sekolah
Alamat          : Cimahi
Email            : 
Web              :

visi Misi

SITUS RESMI SDN TUNAS KARYA :   www.sdntunaskarya.co.cc
VISI, MISI, STRATEGI   SDN TUNAS KARYA


VISI     :
DENGAN IMAN DAN TAKWA SISWA SDN TUNAS KARYA UNGGUL DALAM MUTU DAN PRESTASI TAMPIL CINTA BUDAYA DAERAH DAN BANGSA

MISI     :
1. MENINGKATKAN LAYANAN PROGRAM PENDIDIKAN DENGAN STANDAR  
    KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI
2. MENINGKATKAN MUTU HASIL BELAJAR SISWA SESUAI PEMBELAJARAN YANG 
    AKTIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
3. MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN DEMI TERWUJUDNYA NUANSA BUDAYA 
    MASYARAKAT YANG SENANTIASA BERAKAR PADA  SISTEM NILAI , ADAT 
    ISTIADAT AGAMA DAN DAN TETAP MENGIKUTI PERKEMBANGAN IPTEK

STRATEGI     :
1. OPTIMALISASI BIDANG KURIKULUM YANG BERLAKU YAITU KTSP
2. OPTIMALISASI SUMBER DAYA MANUSIA YAITU GURU, SISWA, DAN TENAGA 
    KEPENDIDIKAN
3. OPTIMALISASI PARTISIPASI MASYARAKAT.



SITUS RESMI SDN TUNAS KARYA :   www.sdntunaskarya.co.cc

Berita yang lain

FOTO MURID