Kamis, 27 Oktober 2011

Hasil Karya Daur Ulang Kertas Bekas

Hasil Karya Daur Ulang  Kertas Bekas







Selasa, 25 Oktober 2011

Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Jalan Menuju Guru Profesional


A. Pendahuluan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 akan efektif berlaku tanggal 1 Januari 2013. Peraturan ini mengatur tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan ini guru dinilai kinerjanya secara teratur setiap tahun melalui Penilaian Kinerja Guru (PKG). Disamping itu, guru wajib mengiktui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) setiap tahun. PKB terdiri atas Pengembangan Diri (PD) serta Publikasi Ilmiah (PI) dan/atau Karya Inovatif (KI). PKB dalam bentuk PD harus dilakukan guru sejak golongan III/a, dan  mulai golongan III/b sampai ke IV/e selain melakukan PD juga harus melakukan PI dan/atau KI. Selain melakukan PD, PI dan/atau KI, untuk golongan IV/c ke IV/d juga harus melakukan Presentase Ilmiah di depan Tim Penilai. Kegiatan PKG dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Asesor yaitu guru senior yang telah melalui dan lulus pelatihan PKG. Domain yang menjadi sasaran kegiatan PKG adalah 4 (empat) kompetensi guru, yaitu : 1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Sosial, dan 4) Kompetensi Profesional. Masing-masing kompetensi di atas terdiri atas indikator-indikator yang telah disepakati oleh Kementrian Pendidikan Nasional, yaitu : untuk Kompetensi Pedagogik ada 7 indikator, untuk Kompetensi Kepribadian ada 3 indikator, untuk Kompetensi Sosial ada 2 indikator, dan untuk Kompetensi Profesional ada 2 indikator. Jumlah seluruh indikator untuk 4 kompetensi di atas ada 14 indikator.
B. Langkah-Langkah Pelaksanaan PKG
Sebelum melakukan PKG ada baiknya Kepala Sekolah/Asesor melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah/Asesor mempersiapkan instrumen PKG
2. Kepala Sekolah/Asesor berkoordinasi dengan guru ternilai menyampaikan rencana PKG terhadap dirinya meliputi
    4 kompetensi seorang guru dan memastikan guru yang bersangkutan tidak perlu terganggu dan tetap melakukan
    proses pembelajaran sebagaimana mestinya di kelas, artinya tidak perlu ada rekayasa oleh guru dalam
    mengajar.
3. Kepala Sekolah/Asesor menilai kinerja guru menggunakan instrumen yang ada. Kegiatan ini dapat dilakukan
    melalui pengamatan langsung di kelas dan/atau memeriksa dokumen-dokumen guru yang berkaitan dengan
    proses pembelajaran. Kegiatan ini dikenal sebagai PKG formatif untuk mengetahui profil kinerja guru dan menjadi
    dasar penyusunan progarm PKB guru.
4. Menganalisis/menghitung perolehan hasil Kinerja Guru yang dinilai menggunakan tabel konversi sesuai
    Permeneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 dan/atau tabel lainnya yang telah dimodifikasi oleh penilai untuk
    memudahkan proses penghitungan
5. Mengidentifikasi kinerja guru berdasarkan beberapa indikator yang nilainya di bawah standar untuk dijadikan
    dasar dalam kegiatan PKB guru yang bersangkutan. Pada kegiatan ini Kepala Sekolah/Asesor bersama guru
    ternilai mendiskusikan indikator-indikator yang nilainya di bawah standar dan menyepakati hasil yang ada dan
    tindak lanjut peningkatannya melalui program PKB, baik PKB yang bersifat informal dan/atau formal
6. Memerintahkan koordinator PKB yang telah ditunjuk untuk menyusun rencana/jadwal dan pelaksanaan  PKB bagi
    guru. Pada kegiatan ini diharapkan setelah guru mengikuti PKB kinerjanya dapat meningkat dari yang sebelumnya.
7. Kepala Sekolah/Asesor melakukan PKG sumatif dan hasilnya dijadikan dasar perhitungan perolehan Angka Kredit
    guru yang dinilai dalam 1 (satu) tahun
8. Kepala Sekolah mengusulkan DUPAK guru kepada Tim Penilai Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya di
    tingkat Kabupaten.
Kegiatan mulai langkah (1) sampai dengan langkah (8) dilakukan setiap tahun berjalan.
C. Implikasi Pelaksanaan PKG
Dengan melakukan PKG setiap tahun, peluang guru untuk menjadi seorang yang profesional semakin besar, karena ia dapat mengetahui simpul-simpul kelemahan dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Pada saat yang sama, simpul-simpul kelemahan itu akan dibenahi melalui kegiatan-kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang juga dilakukan setiap tahun.  Hanya guru yang tidak profesional  saja yang akan tertinggal oleh kendaraan profesional, dalam arti peningkatan kesejahteraannya akan berjalan di tempat atau bahkan menurun. Hal ini menunjukkan bahwa guru merupakan jabatan yang harus memiliki keahlian khusus dalam profesinya. Keahlian khusus yang harus dimiliki guru tercermin melalui kegiatannya dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai dan menganalisis hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian, dan melaksanakan tugas tambahan lainnya yang berkaitan dengan keberhasilan program-program di sekolah. Singkatnya, seorang guru profesional harus menguasai bidang tugasnya dalam arti ia harus memiliki pengetahuan yang mumpuni, sikap yang bersahaja, terampil, kreatif, dan inovatif dalam mengajar, membimbing, dan melatih peserta didiknya. Kesemuanya itu semakin jelas dan memberi peluang yang besar untuk dilakukan karena telah memiliki payung hukum yang kuat dalam bentuk Permeneg PAN dan RB nomor 16 Tahun 2009. Karena itu, guru harus cekatan dalam menangkap peluang ini dalam rangka menjadikan dirinya sebagai seorang yang profesional. Artinya meskipun Permeneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 ini baru akan berlaku efektif mulai 1 Januari 2013, persiapan-persiapan ke arah itu sudah harus dilakukan sejak sekarang. Semoga dengan lahirnya Permeneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 jalan menuju Guru Profesional semakin mulus dan diikuti pula dengan peningkatan kesejahteraannya sehingga setiap malam dalam tidurnya guru akan bermimpi "bagaimana mengajar yang baik dan benar". Amin

By : Taufik Mulyana, S.Pd

Senin, 24 Oktober 2011

KKG GUGUS

KKG GUGUS
1. Pembuatan Kisi-Kisi Soal UAS
2.  Penyebaran Soal






Pengenalan IT

Pengenalan IT SDN Tunas Karya





Pengenalan IT

Pengenalan IT

Daur Ulang Kertas Bekas

post signatureKegiatan daur ulang Kertas SDN Tunas Karya








Bakti Sosial dari POLTEKES Bandung

post signatureBakti Sosial dari POLTEKES Bandung  ke SDN Tunas Karya
1. Pemeriksaan Golongan Darah Semua Siswa
2. Sosialisasi Kesehatan








Selasa, 18 Oktober 2011

RPP SD dalam bentuk Ms.Word

post signature
Silahkan di Download

A. P K N



http://taufikmulyana.blogspot.com

Minggu, 16 Oktober 2011

PARIBASA SUNDA


1.                  Adam lali tapel: poho ka baraya.
2.                  Adat kakurung ku iga: tabe’at mah hese dipiceunna (dirobahna).
3.                  Adean ku kuda beureum: ginding ku barang beunang nginjeum.
4.                  Titirah ngadon kanceuh: maksud hayang neang kasenangan, tapi malah meunang kasusah.
5.                  Ngadu-ngadu rajawisuna: ngahudang amarah dua jelema sina bengkah/ ngadukeun batur.
6.                  Agul ku payung butut: jalma taya kaboga, tapi nyaritakeun yen manehna turunan menak baheula.
7.                  Ulah ieu aing uyah kidul: ulah asa aingt pangpunjulna.
8.                  Landung kandungan laer aisan: gede timbangan/ asak pamikiran samemeh ngalakukeunana.
9.                  Elmu ajug: jalma nu bisa mapatahan ka batur, tapi manehna sorangan teu ngajalankeun papatahna.
10.              Ngajul bentang ku asiwung: hal anu pamohalan bisa kalaksanakeun.
11.              Tikoro andon peso: nyampeurkeun ka jelema nu boga maksud rek nyilakakeun.
12.              Ari umur tunggang gunung, angen-angen pecat sawed: ari umur geus kolot, kahayang cara nu ngora.
13.              Ngeunah angen ngeunah angeun: pamajikan satia, ngeunah pasakanana, cukup dahareun tur taya kasusah.
14.              Diangeun careuhkeun: disuguhan tapi kalah diantep henteu didahar.
15.              Neukteuk mere anggeus: mutuskeun hubungan (tali silaturahmi).
16.              Ngimpi ge diangir mandi: bararaid teuing.
17.              Anu burung diangklungan, anu gelo didogdogan, anu edan dikendangan: jelema gedebul dihaminan supaya tambah maceuh.
18.              Ngadu angklung: parebut omong, hayang paunggul-unggul.
19.              Elmu angklung: joledar, nukang nonggong ka kolot.
20.              Anjing ngagogogan kalong: mikahayang nu pamohalan.
21.              Kawas anjing tutung buntut: berebet ka ditu berebet ka dieu kawas nu samar rasa.
22.              Nulungan anjing kadempet: nu asih dipulang sengit.
23.              Anjing nyampeurkeun paneunggeul: nyampeurkeun nu rek mahala.
24.              Paanteur-anteur julang: nu tas nganteur dianteurkeun deui ku nu dianteurkeun.
25.              Sapi anut ka banteng: awewe ngawula ka salaki.
26.              Ngaliarkeun taleus ateul: nyebarkeun kagorengan batur.
27.              Ngawur kasintu nyieuhkeun hayam: berehan ka deungeun-deungeun, ari ka baraya kakad-keked.
28.              Dikungkung teu diawur, dicangcang teu diparaban: digantung, ditalak henteu, dinapkahan henteu.
29.              Kawas badak Cihea: dilarapkeun ka jelema nu leumpang noyod kawas nu degig.
30.              Balung kulit kolot meuting: henteu beresih pisan hatena, masih keneh ngunek-ngunek.
31.              Marebutkeun balung tanpa eusi: madukeun perkara nu teu aya hasilna.
32.              Banda tatalang raga: leuwih hade ngorbankeun banda, batan cilaka awak.
33.              Banda sasampiran, nyawa gagaduhan: boh banda boh nyawa Pangeran nu kagungan.
34.              Batok bulu eusi madu: goreng rupa atawa euweuh tagog, tapi pinter jeung bageur.
35.              Saherang-herangna cai beas: saberesih-beresihna hate nu dinyenyeri, moal beresih pisan.
36.              Bebek ngoyor di sagara, rek nginum neangan cai: lubak-libuk tapi teu bisa make, da lain hakna.
37.              Meber-meber totopong heureut: ngajeujeuhkeun rejeki saeutik supaya mahi.
38.              Ngijing sila bengkok sembah: teu satia ka dunungan.
39.              Ngadagoan belut sisitan: moal kaalaman, mustahil kajadian.
40.              Bengkung ngariung, bongkok ngaronyok: kajeun hirup ripuh, asal tetep teu pajauh jeung anak incu.
41.              Bentik curuk balas nunjuk, capetang balas miwarang: ngan bisa marentah atawa nitah wungkul, henteu prak digawe ku sorangan.
42.              Nyanggakeun beuheung teukteukeun, suku genteng belokeun: masrahkeun diri lantaran rumasa salah.
43.              Mindingan beungeut ku saweuy: api-api teu nenjo kasalahan bawahan atawa rayat lantaran teu mampuh ngayakeun tindakan saperluna.
44.              Ati mungkir beungeut nyanghareup: henteu terus jeung hate (munapik).
45.              Bilatung ninggang dage: dilarapkeun ka jalma teu jujur nu kabeneran meunang kedudukan atawa kasempetan anu nguntungkeun pikeun manehna.
46.              Sabobot sapihanean, sabata sarimbagan: lulus runtut sakasuka sakasusah.
47.              Nu borok dirorojok, nu titeuleum disimbeuhan: nu keur susah dipupuas, atawa ditambahan kasusahanana.
48.              Legeg lebe, budi santri: ari lampah euwah-euwah, jalma jahat nu bisa nipu ku tindak-tanduk anu sopan.
49.              Nimu luang tina burang: meunang luang lantaran kungsi cilaka.
50.              Lauk buruk milu mijah, piritan milu endogan: pipilueun nyarita atawa ilubiung kana sarupaning urusan, padahal lain ahlina.
51.              Seuneu hurung cai caah ulah disorang: jelema nu keur napsu atawa amarah ulah diheureuyan.
52.              Gede cahak manan cohok: gede keneh kahayang tibatan panghasilan.
53.              Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak: layeut, runtut raut silih ayunkeun.
54.              Kawas cai dina daun taleus: teu puguh pamadegan, atawa mun dipapatahan eweuh tapakna.
55.              Alak-alak cumampaka: niru-niru atawa mapadani saluhureun.
56.              Tunggul dirarud catang dirumpak: ngalajur napsu taya nu dihiding.
57.              Cecendet mande kiara: jalma leutik hayang nyaruaan nu beunghar atawa nu gede pangaruhna.
58.              Ngadek sacekna, nilas saplasna: nyarita satarabasna, henteu direka.
59.              Maut nyere ka congona: jelema nu asalna beunghar (lubak-libuk), beuki kolot beuki kokoro.
60.              Congo-congo ku amis, mun rek amis oge puhuna: mun keur leutikna badeur geus kolot na oge pamohalan bakal bageur.
61.              Cukup belengur baraganaya: resep mere kabatur bari teu ngingetkeun kaperluan sorangan.
62.              Cul dogdog tinggal igel: ninggalkeun pagawean nu utama, ngalampahkeun pagawean nu taya hasilna.
63.              Dogong-dogong tulak cau geus gede dituar batur: ngamumule budak awewe jang pipamajikaneun, ari geus meujeuhna kalah dikawin batur.
64.              Ngeundeuk-ngeundeuk geusan eunteup: neangan akal pikeun nyilakakeun dunungan.
65.              Piit ngeundeuk-ngeundeuk pasir: mikahayang anu teu layak pikeun dirina.
66.              Nangkeup mawa eunyeuh: mawa susah atawa mawa cilaka ka nu dipentaan tulung.
67.              Adab lanyap Jiga nu handap asor, daek ngahprmat ka batur, tapi boga hate luhur, tungtungna sok ngunghak jeung kurang ajar, temahna batur loba nu teu resepeun.
68.              Adam lali tapel poho ka baraya jeung poho ka lemah cai.
69.              Adat kakurung ku iga adat nu hese digantina.
70.              Adean ku kuda beureum beunghar ku barang titipan atawa ginding ku pakean batur.
71.              Adigung adiguna gede hulu, boga rasa leuwih ti batur, kaciri dina laku lampahna jeung omonganana.
72.              Agul ku payung butut ngagulkeun luluhur sorangan.
73.              Akal koja pinter dina kagorengan atawa kajahatan.
74.              Aki aki tujuh mulud lalaki nu geus kolot pisan.
75.              Aku aku angga ngaku barang batur kalawan ngandung maksud hayang mibanda, ngaku baraya batur anu beunghar atawa jeneng mamrih kahormatan atawa kauntungan.
76.              Aku panggung darehdeh jeung mere maweh, ngan hanjakal ku ieu aing asa pangpunjulna, pangbeungharna jste.
77.              Alak-alak cumampaka resep jeung hayang dipuji batur, boga rasa pangpunjulna.
Anu handap hayang nyaruaan nu luhur, nu hina hayang nyaruaan nu mulya.
78.              Alak paul tempat anu lain dikieuna, ngeunaan jauhna jeung pisusaheunana.
79.              Alus panggung = alus laur hade ome tegep dedeg pangadegna.
80.              Ambek nyedek tanaga midek ari napsu pohara gedena, ngan masih bisa meper diri
napsu kapegung.
81.              Ambekna sakulit bawang gampang pisan ambek, jeung mun geus ambek teu reureuh sakeudeung.
82.              Anak puputon anak nu kacida didama-damana, nu pohara dipikanyaah.
83.              Anjing ngagogogan kalong mikahayang nu lain lain, nu pamohalan pilaksanaeun (Mikahayang nu moal bakal kasorang).
84.              Ari diarah supana, kudu dipiara catangna Naon bae nu mere hasil ka urang kudu diurus bener bener.
85.              Ari umur tunggang gunung, angen angen pecat sawed ari umur geus kolot tapi hate ngongoraeun keneh.
86.              Asa dijual payu ngungun dumeh nyorangan di panyabaan, jauh ti indung bapa.
87.              Asa ditonjok congcot meunang kabungah nu gede, anu saenyana teu diarep arep.
88.              Asa ditumbu umur Boga rasa kahutangan budi anu pohara gedena.
89.              Asa nanggeuy endog beubeureumna kacida nyaahna.
90.              Asa potong leungeun katuhu leungiteun jalma nu pohara hade galena.
91.              Ati mungkir beungeut nyinghareup palsu, siga sono, tapi henteu. Siga suka, tapi henteu, siga nyaah tapi henteu.
92.              Aub payung, sabet panon sabasoba wewengkon, ngeunaan tanah.
93.              Aya astana sajeungkal anu mustahil oge oge bisa kajadian.
94.              Aya bagja teu daulat arek meunang bagja atawa kauntungan tapi teu tulus.
95.              Aya di sihung maung Kulantaran loba kawawuh gegeden dina aya karerepet atawa kaperluan penting gampang naker meunang pitulungna.
96.              Aya hate kadua leutik naksir.
97.              Aya jalan komo meuntas aya lantaran anu diarep arep ti tadina nepi ka maksud urang gancang kalaksanakeun.
98.              Aya jalan komo meuntas Aya pilantaraneun atawa pijalaneun pikeun ngalaksanakeun atawa ngabulkeun kahayang.
99.              Aya jalan komo meuntas eukeur mah aya maksud, turug turug aya pilantaraneun.
100.          Aya peurah aya komara aya harega, aya pangaji.
101.          Ayakan tara meunang kancra nu bodo jeung nu pinter moal sarua darajatna jeung panghasilanana.
102.          Baleg tampele ari rasa tresna ka lalaki geus aya, ngan lamun papanggih jeung jelemana gede keneh kaera.
103.          Bali geusan ngajadi tempat dilahirkeun.
104.          Balung kulit kotok meuting teu eureun eureun nyeri hate ti baheula nepi ka kiwari.
105.          Balungbang timur, caang bulan opat belas, jalan gede sasapuan beak karep ku rido jeung beresih hate.
106.          Banda tatalang raga lamun urang papanggih jeung karerepet, gering upaman, euweuh halangan urang ngajual barang nu aya pikeun ngabela diri, meuli ubar sangkan waras.
107.          Belang bayah gindi pikir boga pikiran goreng ka papada kawula.
108.          Bengkung ngariung bongkok ngaronyok babarengan sok sanajan dina hina, rugi, atawa cilaka.
109.          Beurat birit hese jeung sungkan dititah.
110.          Beurat nyuhun beurat nanggung, beurat narimakeunana pohara narimakeunana kana pitulung, ngan teu kawasa ngedalkeun ku lisan atawa tulisan, anging gusti nu ningali.

 http://taufikmulyana.blogspot.com                                            

Berita yang lain

FOTO MURID