Rabu, 27 November 2013

Rabu, 30 Oktober 2013

Cara Backup Data Pada Dapodikdas 2013

post signature
Hari ini ada pertanyaan yang sangat bagus dan yang sering menjadai masalah dikala fungsi Backup dan restore di hilangkan dari dapodik terdahulu namun pada saat ini aplikasi Dapodikdas 2013 juga memiliki cara mengamankan file sementara guna berjaga-jaga kalau terjadi permasalahan yang tidak di inginkan pada Laptop/PC Para Operator sekalian.

Kemampuan Dapodikdas 2013 ini tak kalah rupanya dari yang terdahulu namun ada berbagai trik tersembunyi didalamnya yang belum banyak rekan-OPS ketahui.
pada kesempatan lalu ada trik multi user dapodikdas 2013. yang sudah banyak para Operator Sekolah mencobanya dan merasa nyaman. namun pada kesempatan kali ini kami ingin sedikit berbagi trik.

Cara mengamankan data pada Dapodikdas 2013 sementara jikalau kekhawatiran kita terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada PC/Laptop kita seperti terkena virus atau laptonya hilang padahal kerjaan udah hampir selesai.

Sebelum Bapak/Ibu Melakukannya , database dan dataweb diprogram dapodikdas 2013 simpan ketempat yang aman, akan tetapi dan harus diperhatikan aplikasi di stop lebih dahulu sebelum melakukan uninstal /copy datanya dengan cara sebagai berikut :

1. klik star
2. ketik service
3. klik service
4. klik dua kali databaseDB dan dapodikdaswebsrv
5. klik stop 
selesai…Silahkan amankan ketempat yang paling aman

Namun harap hati-hati bagi kawan-kawan karena kurang ketelitian aplikasi ini bisa terjadi Crash…
Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan OPS semua.
atau untuk lebih lengkapnya Bapak/Ibu OPS


by: Taufik Mulyana, S.Pd, M.Pd

DOWNLOAD SIMULASI CAT CPNS 2013

Tes CPNS 2013 tak akan lama lagi sejauh mana persiapan kawan-kawan.
baik dari kategori II maupun dari Jalur umum tentunya sangat mengharapkan hasil yang baik dalam mengikuti nya oleh dari itu mari lakukan persiapan yang lebih maksimal.
dan berikut passing grade pada kategori II.
Kisi-kisi Passing Grade (nilai minimal):
1. SLTA/sederajat
Tes Karakteristik Pribadi (TKP) 25 poin (benar 50 dari 100 soal)
Tes Inlegensia Umum (TIU) 5 poin (benar 10 dari 50 soal)
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) 5 poin (benar 10 dari 50 soal)
2. DII/DIII/sederajat
Tes Karakteristik Pribadi (TKP) 27,5 poin (benar 55 dari 100 soal)
Tes Inlegensia Umum (TIU) 7,5 poin (benar 15 dari 50 soal)
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) 7,5 poin (benar 15 dari 50 soal)
           3. S1/DIV, S2, S3 sederajat
            Tes Karakteristik Pribadi (TKP) 30 poin (benar 60 dari 100 soal)
            Tes Inlegensia Umum (TIU) 15 poin (benar 30 dari 50 soal)
            Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) 10 poin (benar 20 dari 50 soal)
Namun admin tidak membahas terlalu jauh tentang passing grade, yang bisa kami lakukan adalah bagaimana membantu kawan-kawan yang sedang membaca pada blogKelompok Kerja Guru agar bisa lulus dan pastinya dengan lebih banyak belajar.
ujian CPNS 2013 nanti ada yang menggunakan metode LJK maupun yang sudah mulai pemerintah terapkan dengan Model CAT.
dan berikut Software Simulasi Sistem CAT yang kiranya cukup Berguna, software ini sendiri kami dapatkan pada blog http://dinarmagzz.blogspot.com/ sangat berterima kasih kiranya kepada sahabat yang rela berbagi.
dan berikut link unduhannya

hupp tunggu dulu, kawan-kawan takkan bisa menggunakannya tanpa pasword ini
Simulasi 1 : pns512eye
Simulasi 2 : 20pnsoye
nah setelah menginstall dan masukkan pasword  dan tekan lah enter, pilih pada bagian kiri soal-soal apa yang ingin di coba, klik start pada bagian bawah, silahkan di coba..semoga bermanfaat.



by: Taufik Mulyana,S.Pd, M.Pd
post signature

Minggu, 13 Oktober 2013

PENGUMUMAN KELULUSAN PLPG 2013 RAYON 134

post signaturePENGUMUMAN KELULUSAN PLPG 2013 RAYON 134


Rabu, 18 September 2013

REHAB KELAS BATUAN BANK JABAR BANTEN (BJB)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu,
Alhamdulillah, Dengan adanya bantuan rehab bangunan kelas ini, atas nama SDN Tunas  Karya ingin  menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya  kepada 






BANK JABAR BANTEN atas segala  bantuan dan  kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan dunia pendidikan. Semoga kita semua yang saat ini memperoleh amanah sebagai pendidik di SDN Tunas Karya  diberi kekuatan, kecerdasan, dan kesabaran dalam mempersiapkan generasi masa depan yang lebih baik...Amin



GURU SDN TUNAS KARYA




post signature

Rabu, 11 September 2013

JADWAL PLPG RAYON 134 UNPAS

post signatureJadwal Pelaksanaan PLPG
§ 
§ 
JADWAL PELAKSANAAN PLPG SERTIFIKASI GURU
RAYON 134 UNIVERSITAS PASUNDAN TAHUN 2013



No
Periode
Waktu Pelaksanaan
1
I
26 Agustus - 04 Septeber 2013
2
II
05 - 14 September 2013
3
III
15 - 24 September 2013
4
IV
25 Septeber - 05 Oktober 2013
5
V
05 - 14 Oktober 2013
6
VI
17 - 26 Oktober 2013

KLIK DISINI JADWALDAN TEMPAT  PLPG PERIODE  1-6

SUMBER RAYON 134 UNPAS



BY Taufik Mulyana,S.Pd, M.Pd


Jumat, 06 September 2013

PERIODE I RAYON 134 UNPAS TEMPAT WISMA TARUNA

post signature

contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kurikulum 2013

post signatureRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Satuan Pendidikan    :           SDN TUNAS KARYA
Kelas/Semester          :           IV/1
Tema                          :           Berbagai Pekerjaan
sub Tema                   :           Barang dan Jasa
Waktu                        :           1 x 35 menit

A.   Kompetensi Inti
1.      Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2.      Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
3.      Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain
4.      Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia

B.   Kompetensi Dasar
        IPA
         3.7   Mendeskripsikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan teknologi dan
                 masyarakat
        SbdP

Jumat, 30 Agustus 2013

STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

post signatureSTRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 point (a) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Artinya, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan ketrampilan anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya, suatu kegiatan dan bukan suatu prestasi atau tujuan (Hamalik, 2007:27). Pencapaian prestasi belajar ditentukan oleh kemampuan belajar serta kemauan belajar peserta didik (Siti Irene, 2012). Setiap individu atau peserta didik memiliki kemampuan dan kemamuan belajar yang tidak sama. Dengan kemampuan yang heterogen pada peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan diperlukan suatu strategi belajar untuk dapat mengatasi permasalahan pembelajaran pada peserta didik.
Model pembelajaran erat kaitannya dengan strategi pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia (2005:1092) terdapat beberapa pengertian strategi yaitu 1)  ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kbijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, 2) rencana yang cermat mengenai kgiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam KTSP (2007:223) dijelaskan bahawa pembelajaran mrupakan upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara peneliti dengan dengan siswa, antara siswa dengan siswa.
Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik  terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosial. Pembelajaran juga dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang tinggi, smangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri (Mulyasa, 2004).
Namun dalam pelaksanaannya hal yang menonjol ialah pserta didik kurang berpartisipasi, kurang terlibat, dan kurang mempunyai inisiatif serta kontribusi baik secara intelektual maupun emosional. Pertanyaan dari peserta didik, gagasan maupun pendapat jarang muncul (Sukidin, dkk., 2002). Sehingga  perlu adanya kolaborasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran srta pentingnya guru untuk mnysuaikan pemblajaran berdasarkan kemampuan peserta didik yang dimiliki.
Guru perlu memberi respon positif secara konkret dan objektif yang berupa upaya membangkitkan partisipasi siswa baik dalam bentuk menyampaikan pertanyaan, pendapat, usul, sanggahan ataupun jawaban, termasuk partisispasi mengikuti pelajaran dengan baik juga mengerjakan tugas di kelas dan di rumah dengan baik (Sukidin, dkk., 2002).
Pada pelaksanaan pembelajaran pada umumnya. Pembelajaran di dalam kelas pada beberapa sekolah masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang mana guru masih mendominasi dengan kegiatan ceramah. Apabila hal ini dilakukan secara terus menerus maka kondisi pembelajaran di dalam kelas tidak dapat berkembang. Hal ini dikarenakan setiap siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat mengapresiasikan pendapatnya ketika dia menemukan suatu permasalahan yang memerlukan pemecahan. Seharusnya pembelajaran di dalam kelas sudah harus diarahkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang mandiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dijumpainya ketika dia dihadapkan pada permasalahan di kehidupan nyata. Banyaknya model pembelajaran pada metode kooperatif dapat menjadi salah satu pilihan seorang pendidik untuk mengurangi dominasi pembelajaran di dalam kelas. Siswa sudah harus aktif untuk mengaplikasikan antara materi yang ada dengan permasalahan yang akan dihadapi dalam dunia nyata. Hal ini dapat menguntungkan siswa, apabila siswa dapat berkreasi dengan ide-ide yang ada dalam setiap permasalahan yang ada, maka seorang siswa akan terbiasa menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajarinya. Salah satu model pembelajaran alternatif tersebut adalah model pembelajaranproblem based learning atau model pembelajaran pemecahan masalah. Model pembelajaran ini dapat mengurangi dominasi guru dalam mengajar di dalam kelas. Model pembelajaran ini sekaligus dapat mengorganisir siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru pada kegiatan pembelajaran. Sekaligus model pembelajaran ini dapat membiasakan siswa untuk bekerja dalam sebuah kelompok kecil. Makalah ini akan memaparkan lebih detail seperti apa modl pembelajaran problem based learning itu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah model pembelajaran problem based learning itu?
2.      Bgaimanakah implementasi model pembelajaran problem based learning itu?
3.      Apakah kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran problem based learning?


---------------------------------------------------------------------------------------------------- 




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Model Pembelajaran Problem Based Learning
. Program inovatif Problem Based Learning (PBL) pertama kali diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of Mc Master University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan PBL di mcmaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah.
Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan PBL di Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian oleh banyak fakultas kedokteran di dunia.Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning merupakan  proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan kemudian dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru.

1.      Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Departemen Pendidikan Nasional (2003), Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar.
Muslimin Ibrahim (2000:7) Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.

2.      Karakteristik Problem Based Learning
PBL memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan satu masalah, (2) memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah
a.       Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
b.      Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
c.       Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.
d.      Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e.       Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.

B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran Problem Based Learning
1.      Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pembelajar. Kepala pembelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pembelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
2.      Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metakognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
3.      Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan bahwa pendidikan tradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).


C.    Implementasi Problem Based Learning
PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.
PBL   dapat  dimulai   dengan   mengembangkan   masalah   yang:  (1) menangkap  minat  siswa dengan  menghubungkannya  dengan  isue di dunia nyata; (2) menggambarkan atau mendatangkan pengalaman dan belajar siswa sebelumnya; (3) memadukan isi tujuan dengan ketrampilan pemecahan masalah; (4) membutuhkan kerjasama, metode banyak tingkat (multi-staged method) untuk menyelesaikannya; dan (5) mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian independent untuk menghimpun atau memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah tersebut.
Pembelajaran PBL mendasarkan pada masalah, maka pemilihan masalah menjadi hal yang sangat penting. Masalah untuk PBL seharusnya dipilih sedemikian  hingga menantang  minat siswa untuk menyelesaikannya,  menghubungkan dengan pengalaman dan belajar sebelumnya, dan membutuhkan kerjasama dan berbagai strategi untuk menyelesaikannya. Untuk keperluan ini, masalah open-ended yang disarankan untuk dijadikan titik awal pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkankonsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebutadalah belajar penemuan atau discovery learning, Johnson membedakannya dengan Inquiry Learning. Dalam discovery learning, ada pengalaman yang disebut ”... ahaa experience”. Yang dapat diartikanseperti nah ini dia. Sebaliknya Inquiry Learning tidak selalu sampai padaproses tersebut. Hal ini karena proses akhir discovery learning adalah penemuan, sedangkan Inquiry Learning proses akhir terletak padakepuasan kegiatan peneliti. Meskipun demikian akan tetapi keduanyamemiliki persamaan. Discovery learning dan Inquiry Learning merupakanpembelajaran beraksentuasi pada masalah-masalah kontekstual. Keduanyamerupakan pembelajaran yang menekankan aktivitas penyelidikan.
Dengan adanya ransangan atau stimulus berupa masalah yangberkaitan dengan materi pelajaran maka kemampuan siswa untuk menganalisis suatu permasalahan yang berdasarkan teori yang sesuai akanmampu melahirkan suatu pengetahuan baru dan cara baru dalam mengatasiberbagai masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dipelajari.

D.    Kelebihan dan Kekurangan PBL
1.      Kelebihan PBL
Kelebihan penggunaan pembelajaran berdasarkan masalah adalah (Taufiq, 2009):
a.       Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri menemukan konsep tersebut;
b.      Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi;
c.       Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna;
d.      Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterkaitan pembelajar terhadap bahan yang dipelajari;
e.       Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pembelajar;
f.       Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar pebelajar dapat diharapkan;
g.      Merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang reflektif, kritis dan aktif;
h.      Merangsang peserta didik untuk bertanya dan menggali pengetahuan secara mendalam;
i.        Mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu: kompleks dan berubah- ubah sesuai kebutuhan, sebagai respons terhadap masalah yang dihadapi.
Ada beberapa keunggulan PBL (Boud, 1985 dalam Baden and Major,
2003) yang ditemukan yaitu: “Dapat memperluas tema, menggunakan pendekatan yang beragam, memperluas filosofis, serta akhir pembelajarannya berujung terbuka.” Sebagai perluasan filosofis maka PBL mencakup tiga bidang yang luas, yaitu:
a.       Menggunakan organisasi kurikulum disekitar masalah, karena itu lebih bersifat kurikulum terintegrasi dan menekankan pada keterampilan kognitif;
b.      Kondisi yang difasilitasi oleh PBL berupa belajar dalam kelompok- kelompok kecil, tutorial, dan belajar aktif;
c.       Hasil belajar yang difasilitasi oleh PBL berupa pengembangan keterampilan dan motivasi, seiring dengan pengembangan kemampuan belajar sepanjang hayat.
Karena PBL lebih memfasilitasi inkuiri melaksanakan PBL dengan membentuk perpaduan dan saling keterkaitan secara bebas antara PBL dengan project-based learning, problem-solving learning, action and work-based learning.

2.      Kekurangan PBL
Kekurangan penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah (Taufiq, 2009):
a.       Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai;
b.      Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
c.       Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
d.      Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
e.       Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda," (hal. 419).
f.       Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
g.      Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi




------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik.
Prinsip-prinsip pembelajaran problem basd learning : 1) pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal, pertanyaan, dsb) yang perlu diselesaika. Masalah yang dihadapi akan merangsang peserta didik untuk mencari solusinya. 2) pserta didik mencari/membentuk pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu: 1) Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah. 2) Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan 3) Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

DAFTAR PUSTAKA

Arindawati, A. E. 2004. Beberapa Alternatif Pembelajaran di Sekolah Dasar. Malang: Bayu Media Publising.

Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

KTSP. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah). Jakarta: Dharma Bhakti.

Maimunah Lastiti, Latifah. 2005. Peningkatan Komptnsi Siswa Kelas VI SD Melalui Pendekatan Kooperatif Modl STAD. Yogyakarta: Cope

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. www.academia.edu

Ras-eko.blogspot.com






by: Taufik Mulyana,S.Pd.M.Pd
       Abdul gani Wijaya,S.Pd.M.Pd


Berita yang lain

FOTO MURID