Jumat, 30 Agustus 2013

CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARANTEMATIK TERPADU

post signatureCONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
DALAM PEMBELAJARANTEMATIK TERPADU

A.   Pengantar
Memasuki Tahun 2013 akan segera diberlakukan pembelajaran  Tematik Terpadu bagi peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran dimaksud adalah dengan menggunakan Tema  yang akan menjadi pemersatu berbagai mata pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.  Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi  tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari  nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran antara lain meliputi  langkah-langkah pokok
1.    Mengamati
2.    Menanya
3.    Menalar
4.    Mencoba
5.    Mengolah
6.    Menyajikan

7.    Menyimpulkan dan
8.    Mengkomunikasikan
Langkah-langkah tersebut tidak selalu dilalui secara berurutan,  terlebih pada pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya menggunakan Tema sebagai pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik keilmuan yang antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan scientific.
B.    Pendekatan ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
Sebagaimana  telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan Tema sebagai pemersatunya. Sementara karakteristik  keilmuan dari setiap materi pelajaran tidaklah sama maka khusus untuk penyajian pembelajaran dapat disajikan langkah dalam pendekatan ilmiah sebagai berikut:
1.    Mengamati
Dalam penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas I Sekolah Dasar) perlu memahami apa yang hendak dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual. Berikut contoh  Tema Kegiatanku. Peserta didik diajak mengamati gambar, kemudian mereka diajak mengidentifikasi, tentang ciri-ciri rumah. Apakah termasuk rumah yang bersih, dan apa syaratnya atau kriterianya rumah yang sehat. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan dapat secara langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut dalam kompetensi dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan media yang tersedia. Kegiatan apa  yang harus dilakukan dengan kondisi rumah yag diamati.
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQzw6u-LWAoBJpaj0KAPW3MlDGx1biU0CqSx2tPPXcxQdfKE-fLcwhttp://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQzw6u-LWAoBJpaj0KAPW3MlDGx1biU0CqSx2tPPXcxQdfKE-fLcwhttp://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQJenRSQwOkfvv951XkY9CUq__t0Cc2r8dPSLPmDLI8FEgV1LQ9http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRVwwLqinTB-1jY8Zjb0w4nM-i_Bse7TOy7Y3aTZJTNFeEwkBQX
2.    Menanya
Peserta didik yang masih duduk di kelas I Sekolah Dasar tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak  dihadapkan dengan media yang menarik. Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
http://fellasari.files.wordpress.com/2012/12/10.jpg?w=698Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.  Dengan media gambar peserta didik diajak bertanya jawab kegiatan apa saja yang harus dilakukan peserta didik agar rumah dan lingkungannya menjadi  bersih dan sehat  sekaligus membedakan rumah yang bersih dan yang tidak bersih. (Eksplorasi)
Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri rumah yang sehat?




 Pada saat siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan mengakomodasi mata pelajaran Bahasa Indonesia, (untuk aspek mendengarkan, dan berbicaranya, membaca gambar serta menulis hasil identifikasi ciri-ciri rumah bersih dan sehat). Bagi  peserta didik yang masih duduk di kelas I Sekolah Dasar yang belum lancar membaca tulisan akan diganti dengan membaca gambar. Sedangkan konten yang  yang sedang dibahas merupakan substansi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia/di dalamnya memuat IPA. Lebih lanjut dapat dipadukan dengan mata pelajaran  Matematika tentang bangun datar dan bangun ruang.
3.    Menalar
Apabila dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan  antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. (Eksplorasi dan Elaborasi)
Contoh untuk kegiatan menalar ini bisa dengan gambar-gambar sebagai berikut:

No
Gambar
Kegiatan di rumah
Kegiatan di sekolah
Kegiatan di lingkungan masyarakat
1.




Ö


2.








3.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJj6b8GNCCONeC_Gnlxf-st6CFFt6vU_pdoNYkgOQgQ4nev-FEay523jrG2zCKGFDlmqs4Wq8WbkVDP__JBbdTvRf_blhZIJUBqI9e6fP_FP1SoGDIfs4AeHeMkc3Hbz4SrPJcp42t6A62/s1600/images.jpg








4.
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSg9r_hxxtdFCCk9LXzFxaBCJ669UtK_1-DCo7ODknZkm1j9t_b







5.









Peserta didik akan mengamati dan mengerjakan tugas dari guru dengan cara memberikan tanda cek ( √ )
4.    Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, (Kelas I SD/MI) misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA yang ada di dalam Bahasa Indonesia dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. 
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. (Eksplorasi dan elaborasi)
Contoh:
Peserta didik bisa diajak berdiri di tengah lapangan untuk mencoba dan mempraktekkan apakah bayang-bayang tubuh manusia bisa berjalan?
Dan pada pukul berapa bayang-bayang manusia menyatu dengan tubuh manusia?

5.    Mengolah
Pada tahapan mengolah ini peserta didik  sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika  pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, salingmenghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.  Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari (Kegiatan Elaborasi).
Text Box:
 




Hasil tugas  dikerjakan bersama dalam satu kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru
6.    Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan  mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
Description: O:\B3. KUMPULAN FOTO\2f. KUMPULAN FOTO\KUNJUNGAN KE SD SWJJR - PARIMO\DSC02579.JPG
7.    Menyajikan
Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara  individu.


8.    Mengkomunikasikan
Pada keCONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
DALAM PEMBELAJARANTEMATIK TERPADU

A.   Pengantar
Memasuki Tahun 2013 akan segera diberlakukan pembelajaran  Tematik Terpadu bagi peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran dimaksud adalah dengan menggunakan Tema  yang akan menjadi pemersatu berbagai mata pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.  Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi  tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari  nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran antara lain meliputi  langkah-langkah pokok
1.    Mengamati
2.    Menanya
3.    Menalar
4.    Mencoba
5.    Mengolah
6.    Menyajikan
7.    Menyimpulkan dan
8.    Mengkomunikasikan
Langkah-langkah tersebut tidak selalu dilalui secara berurutan,  terlebih pada pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya menggunakan Tema sebagai pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik keilmuan yang antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan scientific.
B.    Pendekatan ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
Sebagaimana  telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan Tema sebagai pemersatunya. Sementara karakteristik  keilmuan dari setiap materi pelajaran tidaklah sama maka khusus untuk penyajian pembelajaran dapat disajikan langkah dalam pendekatan ilmiah sebagai berikut:
1.    Mengamati
Dalam penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas I Sekolah Dasar) perlu memahami apa yang hendak dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual. Berikut contoh  Tema Kegiatanku. Peserta didik diajak mengamati gambar, kemudian mereka diajak mengidentifikasi, tentang ciri-ciri rumah. Apakah termasuk rumah yang bersih, dan apa syaratnya atau kriterianya rumah yang sehat. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan dapat secara langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut dalam kompetensi dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan media yang tersedia. Kegiatan apa  yang harus dilakukan dengan kondisi rumah yag diamati.
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQzw6u-LWAoBJpaj0KAPW3MlDGx1biU0CqSx2tPPXcxQdfKE-fLcwhttp://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQzw6u-LWAoBJpaj0KAPW3MlDGx1biU0CqSx2tPPXcxQdfKE-fLcwhttp://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQJenRSQwOkfvv951XkY9CUq__t0Cc2r8dPSLPmDLI8FEgV1LQ9http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRVwwLqinTB-1jY8Zjb0w4nM-i_Bse7TOy7Y3aTZJTNFeEwkBQX
2.    Menanya
Peserta didik yang masih duduk di kelas I Sekolah Dasar tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak  dihadapkan dengan media yang menarik. Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
http://fellasari.files.wordpress.com/2012/12/10.jpg?w=698Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.  Dengan media gambar peserta didik diajak bertanya jawab kegiatan apa saja yang harus dilakukan peserta didik agar rumah dan lingkungannya menjadi  bersih dan sehat  sekaligus membedakan rumah yang bersih dan yang tidak bersih. (Eksplorasi)
Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri rumah yang sehat?




 Pada saat siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan mengakomodasi mata pelajaran Bahasa Indonesia, (untuk aspek mendengarkan, dan berbicaranya, membaca gambar serta menulis hasil identifikasi ciri-ciri rumah bersih dan sehat). Bagi  peserta didik yang masih duduk di kelas I Sekolah Dasar yang belum lancar membaca tulisan akan diganti dengan membaca gambar. Sedangkan konten yang  yang sedang dibahas merupakan substansi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia/di dalamnya memuat IPA. Lebih lanjut dapat dipadukan dengan mata pelajaran  Matematika tentang bangun datar dan bangun ruang.
3.    Menalar
Apabila dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan  antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. (Eksplorasi dan Elaborasi)
Contoh untuk kegiatan menalar ini bisa dengan gambar-gambar sebagai berikut:

No
Gambar
Kegiatan di rumah
Kegiatan di sekolah
Kegiatan di lingkungan masyarakat
1.




Ö


2.








3.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJj6b8GNCCONeC_Gnlxf-st6CFFt6vU_pdoNYkgOQgQ4nev-FEay523jrG2zCKGFDlmqs4Wq8WbkVDP__JBbdTvRf_blhZIJUBqI9e6fP_FP1SoGDIfs4AeHeMkc3Hbz4SrPJcp42t6A62/s1600/images.jpg








4.
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSg9r_hxxtdFCCk9LXzFxaBCJ669UtK_1-DCo7ODknZkm1j9t_b







5.









Peserta didik akan mengamati dan mengerjakan tugas dari guru dengan cara memberikan tanda cek ( √ )
4.    Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, (Kelas I SD/MI) misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA yang ada di dalam Bahasa Indonesia dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. 
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. (Eksplorasi dan elaborasi)
Contoh:
Peserta didik bisa diajak berdiri di tengah lapangan untuk mencoba dan mempraktekkan apakah bayang-bayang tubuh manusia bisa berjalan?
Dan pada pukul berapa bayang-bayang manusia menyatu dengan tubuh manusia?

5.    Mengolah
Pada tahapan mengolah ini peserta didik  sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika  pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, salingmenghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.  Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari (Kegiatan Elaborasi).
Text Box:
 




Hasil tugas  dikerjakan bersama dalam satu kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru
6.    Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan  mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
Description: O:\B3. KUMPULAN FOTO\2f. KUMPULAN FOTO\KUNJUNGAN KE SD SWJJR - PARIMO\DSC02579.JPG
7.    Menyajikan
Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara  individu.


8.    Mengkomunikasikan
Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.  Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada Standar Proses.

C.  Penutup
Pendekatan ilmiah atau scientific dalam pembelajaran Tematik Terpadu akan semakin bagus apabila dilakukan secara alami, mengalir begitu saja, kontekstual dan terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari peserta didik.  Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah seperti dijelaskan di atas tentu saja harus dijiwai oleh perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan sehari-hari yang pada muaranya akan berdampak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Referensi:
 Shelly Frei, (2008), Teaching Mathematics Today, Huntington Beach, CA 92649-1030: Shell Education
Sudarwan, Prof., (2013), Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop Kurikulum, Jakartagiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.  Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada Standar Proses.

C.  Penutup
Pendekatan ilmiah atau scientific dalam pembelajaran Tematik Terpadu akan semakin bagus apabila dilakukan secara alami, mengalir begitu saja, kontekstual dan terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari peserta didik.  Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah seperti dijelaskan di atas tentu saja harus dijiwai oleh perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan sehari-hari yang pada muaranya akan berdampak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Referensi:
 Shelly Frei, (2008), Teaching Mathematics Today, Huntington Beach, CA 92649-1030: Shell Education
Sudarwan, Prof., (2013), Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop Kurikulum, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berita yang lain

FOTO MURID