Kamis, 31 Mei 2012

Paribasa Kolot Baheula

Paribasa
Written by Mang Kabayan   
Paribasa atau pepatah yang sudah diinformasikan secara lisan turun temurun dari para leluhur (karuhun) untuk bekal menjalani kehidupan.
  1. Hubungan Dengan Sesama Mahluk 
    • Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek (Trust - ngak boleh korupsi, maling, nilep, dlsb... kalo mo ngambil sesuatu harus seijin yg punya).
    • Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & consitent).
    • Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina (integrity harus mengikuti etika yang ada)
    • Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang (communication skill, berbicara harus tepat, jelas, bermakna.. tidak asbun).
    • Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya performance yg okeh dan harus consitent dengan perilakunya --> John Robert Power melakukan training ini mereka punya Personality Training, dlsb).
    • Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh (harus saling mencintai, memberi nasihat dan mengayomi).
    • Pondok jodo panjang baraya (siapapun walopun jodo kita tetap persaudaraan harus tetap dijaga)
    • Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan isu hoax, memfitnah, dlsb).
    • Bengkung ngariung bongok ngaronyok (team works & solidarity dalam hal menghadapi kesulitan/ problems/ masalah harus di solve bersama).
    • Bobot pangayun timbang taraju (Logic, semua yang dilakukan harus penuh pertimbangan fairness, logic, common sense, dlsb)
    • Lain palid ku cikiih lain datang ku cileuncang (Vision, Mission, Goal, Directions, dlsb... kudu ada tujuan yg jelas sebelum melangkah).
    • Kudu nepi memeh indit (Planning & Simulation... harus tiba sebelum berangkat, make sure semuanya di prepare dulu).
    • Taraje nangeuh dulang pinande (setiap tugas harus dilaksanakan dengan baik dan benar).
    • Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian (jangan berebut kekuasaan).
    • Ulah ngukur baju sasereg awak (Objektivitas, jangan melihat dari hanya kaca mata sendiri).
    • Ulah nyaliksik ku buuk leutik (jangan memperalat yang lemah/ rakyat jelata)
    • Ulah keok memeh dipacok (Ksatria, jangan mundur sebelum berupaya keras).
    • Kudu bisa kabulu kabale (Gawul, kemana aja bisa menyesuaikan diri).
    • Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih (Research & Development, Ngulik, Ngoprek, segalanya harus pakai akal dan harus terus di ulik, di teliti, kalo sudah diteliti dan dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan).
    • Cai karacak ninggang batu laun laun jadi dekok (Persistent, keukeuh, semangat pantang mundur).
    • Neangan luang tipapada urang (Belajar mencari pengetahuan dari pengalaman orang lain).
    • Nu lain kudu dilainkeun nu enya kudu dienyakeun (speak the truth nothing but the truth).
    • Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun paantay-antay tangan (saling bekerjasama membangun kemitraan yang kuat).
    • Ulah taluk pedah jauh tong hoream pedah anggang jauh kudu dijugjug anggang kudu diteang (maju terus pantang mundur).
    • Ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salogak (Kompak/ team work).
    • dlsb.
  2. Hubungan Dengan Tuhan (Yang Maha Kuasa)
    • Mulih kajati mulang kaasal (semuanya berasal dari Yang Maha Kuasa yang maha murbeng alam, semua orang akan kembali keasalnya).
    • Dihin pinasti anyar pinanggih (semua kejadian telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa yang selalu menjaga hukum-hukumnya).
    • Melak cabe jadi cabe melak bonteng jadi bonteng, melak hade jadi hade melak goreng jadi goreng (Hukum Yang Maha Kuasa adalah selalu menjaga hukum-2nya, apa yang ditanam itulah yang dituai, kalau kita menanam kebaikan walaupun sekecil elektron tetep akan dibalas kebaikan pula, kalau kita menanam keburukan maka keburukan pula yg didapat.... kira-2 apa yang sudah kita tanam selama ini sampai-2 Indonesia nyungseb seeeeeb ;))? )
    • Manuk hiber ku jangjangna jalma hirup ku akalna (Gunakan akal dalam melangkah, buat apa Yang Maha Kuasa menciptakan akal kalau tidak digunakan sebagai mestinya).
    • Nimu luang tina burang (semua kejadian pasti ada hikmah/ manfaatnya apabila kita bisa menyikapinya dengan cara yang positive).
    • Omat urang kudu bisa ngaji diri (kita harus bisa mengkaji diri sendiri jangan suka menyalahkan orang lain)
    • Urang kudu jadi ajug ulah jadi lilin (Jangan sampai kita terbakar oleh ucapan kita, misalnya kita memberikan nasihat yagn baik kepada orang lain tapi dalam kenyataan sehari- hari kita terbakar oleh nasihat-2 yang kita berikan kepada yang lain tsb, seperti layaknya lilin yang memberikan penerangan tapi ikut terbakar abis bersama api yang dihasilkan).
    • dlsb.
  3. Hubungan Dengan Alam
    • Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang di rempak (Sustainable Development ~ Gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak dan sejarah tidak boleh dilupakan... harus serasi dengan alam.).
    • Tatangkalan dileuweung teh kudu di pupusti (Pepohonan di hutan ituh harus di hormati, harus dibedakan istilah dipupusti (dihormati) dengan dipigusti (di Tuhankan) banyak yang salah arti disini).
    • Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak (hutan harus dijaga, sumber air harus dimaintain kalo tidak maka manusia akan sengsara).
    • dlsb.
Sumber: Papatah Kolot (Pepatah Orang Tua) beredar di kampung-2 adat Sunda, dlsb.
 
Nah prinsip-2 tersebut hanya akan menjadi nilai-2 yang hampa dan kosong tidak berarti apa-2 apabila tidak dilaksanakan. Negara- negara yang sudah maju tentunya mereka telah melaksanakan nilai- nilai universal tersebut di atas dan memperoleh/ menuai apa yang mereka tanam/ laksanakan.
 

PAGELARAN Ngamumule Budaya Sunda TARAWANGSA DALAM UPACARA AMPIH PARE


DALAM UPACARA AMPIH PARE
oleh: Rikhsan Nurhadian S.
1. Nama Upacara
Nama upacara adalah Pagelaran Tarawangsa[1]dalam Upacara Ampih Pare.2. Waktu dan Tempat
Waktu pementasan Pagelaran Tarawangsa biasanya dilaksanakan setiap tiba masa panen atau Rubuh jerami (ampih pare) yaitu sebagai penghormatan terhadap Dewi Sri[2]. dan dilaksanakan pula dalam upacara-upacara seperti:
1. Pergantian tahun Islam (1 Muharam).
2. Ngeruat rumah baru.
3. Sebagai hiburan atau kahuripan (kehidupan) kampung.
4. Hajatan.
5. Upacara adat.
6. Sambutan terhadap tamu Negara.

Tempat pementasan Pagelaran Tarawangsa biasanya dilakukan di lapangan atau alun-alun kecamatan/kampung, seperti yang dilakukan di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Sedangkan untuk upacara ampih pare-nya dilaksanakan di area pesawahan dan wilayah perumahan masyarakat, untuk upacara ampih pare ini sudah menjadi upacara khas dari daerah-daerah di Jawa Barat seperti di Kab. Sumedang, Kab. Cianjur, Kab. Ciamis dan Kab. Subang.,
3. Pemimpin dan Peserta

Sekilas Sejarah Bandung


Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu menguasai Jawa dan Nusantara pada umumnya dibawah pimpinan Gubernur Jendral Herman Willem Daendles (1808-1811), mempunyai rencana sebuah jalan yang membelah Pulau Jawa, menghubungkan Anyer di ujung barat dan Panarukan di Ujung Timur. Jalan ini, yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos (Groote Postweg), membentang sepanjang kurang lebih 1000 kilometer. Pembuatan jalan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah hubungan antara daerah-daerah yang berdekatan serta dilalui jalan tersebut. Atas perintah Daedles inilah, sejak tanggal 25 Mei 1810 , ibu kota Kabupaten Bandung yang semula berada di Karapyak mengalami perpindahan, mendekati Jalan Raya Pos.
Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu menguasai Jawa dan Nusantara pada umumnya dibawah pimpinan Gubernur Jendral Herman Willem Daendles (1808-1811), mempunyai rencana sebuah jalan yang membelah Pulau Jawa, menghubungkan Anyer di ujung barat dan Panarukan di Ujung Timur. Jalan ini, yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos (Groote Postweg), membentang sepanjang kurang lebih 1000 kilometer. Pembuatan jalan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah hubungan antara daerah-daerah yang berdekatan serta dilalui jalan tersebut. Atas perintah Daedles inilah, sejak tanggal 25 Mei 1810 , ibu kota Kabupaten Bandung yang semula berada di Karapyak mengalami perpindahan, mendekati Jalan Raya Pos.
Bupati Wiranata Kusumah II, dengan persetujuan sesepuh serta tokoh-tokoh dibawah pemerintahannya, memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung dari karapyak ke Kota Bandung sekarang. Daerah yang dipilih sebagai ibu kota baru tersebut, terletak diantara dua buah sungai sungai, yaitu Cikapundung dan Cibadak daerah sekitar alun-alun Bandung sekarang yang dekat dengan Jalan Raya Pos. daerah tersebut tanahnya melandai ke timur laut sehingga cocok dengan persyaratan kesehatan maupun kepercayaan yang dianut saat itu. Sungai-sungai yang mengapitnya juga dapat berfungsi sebagai sarana utilitas kota.
Setahap demi setahap, dimulailah pembangunan ibu kota kabupaten baru. Perpindahan rakyatnya pun dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan pengadaan perumahan serta fasilitas lain yang tersedia. Menurut buku sejarah Kabupaten Bandung, pada tahun 1846, jumlah penduduk Kota Bandung baru sekitar 11.054 jiwa, terdiri atas 11.000 orang bangsa pribumi, 9 orang bangsa eropa, 15 orang bangsa Cina, dan 30 orang bangsa Arab, serta bangsa Timur lainnya. Saat itu Kota Bandung masih merupakan pemukiman kota kabupaten yang sunyi sepi, dengan pemandangan alam berupa bukit-bukit dan gunung-gunung disekelilingnya.
Pada tahun 1852, daerah priangan terbuka untuk siapa saja yang ingin menetap disana. Dengan adanya pengumuman yang dibuat oleh Residen Priangan, Steinmetz, maka mulailah berdatangan para pemukin baru. Dengan keadaan alam yang sangat mebarik, Bandung sebagai suatu tempat bermukim banyak mengundang para pendatang untuk tinggal dan menetap ditanah Parahiangan tersebut. Untuk mengatur pembangunan kota akibat bertambahnya jumlah penduduk, maka disusun suatu pedoman dasar bagi pembangunan Kota Bandung dengan “Rencana Kota Bandung” (Plan der Negorij Bandoeng). Dengan adanya rencana ini, maka dimulailah lebih terarah dan terkendali. Pada tahun 1850, mulailah dibangun Masjid Agung serta Pendopo Kabupaten-saat ini terletak di pusat Kota Bandung. Adanya ruang terbuka, alun-alun, yang berhadapan dengan pendopo yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, serta dibangunnya bangunan-bangunan lain yang berfungsi sebagaifasilitas pelayanan dan penunjang kegiatan pemerintahan kota, seperti kantor pos, penjara, bank dan pasar-mencerminkan tipe pusat kota tradisional dengan sedikit pengaruh Barat. Itulah sekilas sejarah berdirinya kota Bandung, yang mana dalam perjalanannya Bandung sempat dipersiapkan sebagai ibu kota Hindia Belanda, dengan rencana memindahkan ibu kota pemerintahan dari Batavia ke Bandung. Maka Bandung dipersiapkan sedemikian rupa untuk perpindahan tersebut, salah satunya dengan membangun bangunan-bangunan pemerintahan dan pemukiman dengan rencana tata ruang yang baik. (Courtessy Bandung Society for Heritage Conservation)

Sabtu, 26 Mei 2012

SEKOLAH SDN TUNAS KARYA DALAM TAHAP PEMBANGUNAN

 Pada tahun ini Alhamdulillah SDN Tunas Karya Kecamatan Parongpong mendapatkan dana pembangunan sebanyak tiga lokal kelas ditambah dengan satu lokal Dana alokasi khusus menjadi empat lokal kelas, padahal dari tahun 1983 belum pernah di rehab masih beratapkan asbes, sekarang dengan bantuan empat lokal kelas ini bisa menjadi lebih baik sarana dan prasarana kelasnya.
jadi kami pada tahun pelajaran baru 2012-2013 sudah dapat menggunakan ruangan kelas baru termasuk ruangan guru, mudah-mudahan pemerintah lebih lagi memperhatikan semua SD yang bangunannya mau  roboh sehingga pendidikan di  Indonesia bisa lebih maju lagi. (Taufik Mulyana, S.Pd)

Berita yang lain

FOTO MURID