JADWAL PLPG 2014
Rabu, 27 November 2013
Rabu, 30 Oktober 2013
Cara Backup Data Pada Dapodikdas 2013
Hari ini ada pertanyaan yang sangat bagus dan yang sering menjadai masalah dikala fungsi Backup dan restore di hilangkan dari dapodik terdahulu namun pada saat ini aplikasi Dapodikdas 2013 juga memiliki cara mengamankan file sementara guna berjaga-jaga kalau terjadi permasalahan yang tidak di inginkan pada Laptop/PC Para Operator sekalian.
Kemampuan Dapodikdas 2013 ini tak kalah rupanya dari yang terdahulu namun ada berbagai trik tersembunyi didalamnya yang belum banyak rekan-OPS ketahui.
pada kesempatan lalu ada trik multi user dapodikdas 2013. yang sudah banyak para Operator Sekolah mencobanya dan merasa nyaman. namun pada kesempatan kali ini kami ingin sedikit berbagi trik.
Cara mengamankan data pada Dapodikdas 2013 sementara jikalau kekhawatiran kita terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada PC/Laptop kita seperti terkena virus atau laptonya hilang padahal kerjaan udah hampir selesai.
Sebelum Bapak/Ibu Melakukannya , database dan dataweb diprogram dapodikdas 2013 simpan ketempat yang aman, akan tetapi dan harus diperhatikan aplikasi di stop lebih dahulu sebelum melakukan uninstal /copy datanya dengan cara sebagai berikut :
1. klik star
2. ketik service
3. klik service
4. klik dua kali databaseDB dan dapodikdaswebsrv
5. klik stop
selesai…Silahkan amankan ketempat yang paling aman
Namun harap hati-hati bagi kawan-kawan karena kurang ketelitian aplikasi ini bisa terjadi Crash…
Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan OPS semua.
atau untuk lebih lengkapnya Bapak/Ibu OPS
by: Taufik Mulyana, S.Pd, M.Pd
DOWNLOAD SIMULASI CAT CPNS 2013
Tes CPNS 2013 tak akan lama lagi sejauh mana persiapan kawan-kawan.
baik dari kategori II maupun dari Jalur umum tentunya sangat mengharapkan hasil yang baik dalam mengikuti nya oleh dari itu mari lakukan persiapan yang lebih maksimal.
dan berikut passing grade pada kategori II.
Kisi-kisi Passing Grade (nilai minimal):
baik dari kategori II maupun dari Jalur umum tentunya sangat mengharapkan hasil yang baik dalam mengikuti nya oleh dari itu mari lakukan persiapan yang lebih maksimal.
dan berikut passing grade pada kategori II.
Kisi-kisi Passing Grade (nilai minimal):
1. SLTA/sederajat
Tes Karakteristik Pribadi (TKP) 25 poin (benar 50 dari 100 soal)
Tes Inlegensia Umum (TIU) 5 poin (benar 10 dari 50 soal)
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) 5 poin (benar 10 dari 50 soal)
2. DII/DIII/sederajat
Tes Karakteristik Pribadi (TKP) 27,5 poin (benar 55 dari 100 soal)
Tes Inlegensia Umum (TIU) 7,5 poin (benar 15 dari 50 soal)
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) 7,5 poin (benar 15 dari 50 soal)
3. S1/DIV, S2, S3 sederajat
Tes Karakteristik Pribadi (TKP) 30 poin (benar 60 dari 100 soal)
Tes Inlegensia Umum (TIU) 15 poin (benar 30 dari 50 soal)
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) 10 poin (benar 20 dari 50 soal)
Namun admin tidak membahas terlalu jauh tentang passing grade, yang bisa kami lakukan adalah bagaimana membantu kawan-kawan yang sedang membaca pada blogKelompok Kerja Guru agar bisa lulus dan pastinya dengan lebih banyak belajar.
ujian CPNS 2013 nanti ada yang menggunakan metode LJK maupun yang sudah mulai pemerintah terapkan dengan Model CAT.
dan berikut Software Simulasi Sistem CAT yang kiranya cukup Berguna, software ini sendiri kami dapatkan pada blog http://dinarmagzz.blogspot.com/ sangat berterima kasih kiranya kepada sahabat yang rela berbagi.
dan berikut link unduhannya
hupp tunggu dulu, kawan-kawan takkan bisa menggunakannya tanpa pasword ini
Simulasi 1 : pns512eye
Simulasi 2 : 20pnsoye
nah setelah menginstall dan masukkan pasword dan tekan lah enter, pilih pada bagian kiri soal-soal apa yang ingin di coba, klik start pada bagian bawah, silahkan di coba..semoga bermanfaat.
by: Taufik Mulyana,S.Pd, M.Pd
Minggu, 13 Oktober 2013
Rabu, 18 September 2013
REHAB KELAS BATUAN BANK JABAR BANTEN (BJB)
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatu,
Alhamdulillah, Dengan
adanya bantuan rehab bangunan kelas ini, atas nama SDN Tunas Karya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada
BANK JABAR BANTEN
atas segala bantuan dan kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan
dunia pendidikan. Semoga kita semua yang saat ini memperoleh amanah sebagai
pendidik di SDN Tunas Karya diberi
kekuatan, kecerdasan, dan kesabaran dalam mempersiapkan generasi masa depan
yang lebih baik...Amin
GURU SDN TUNAS KARYA
GURU SDN TUNAS KARYA
Rabu, 11 September 2013
JADWAL PLPG RAYON 134 UNPAS
Jadwal Pelaksanaan PLPG
JADWAL PELAKSANAAN PLPG SERTIFIKASI
GURU
|
||
RAYON 134 UNIVERSITAS PASUNDAN TAHUN
2013
|
||
No
|
Periode
|
Waktu Pelaksanaan
|
1
|
I
|
26 Agustus - 04 Septeber 2013
|
2
|
II
|
05 - 14 September 2013
|
3
|
III
|
15 - 24 September 2013
|
4
|
IV
|
25 Septeber - 05 Oktober 2013
|
5
|
V
|
05 - 14 Oktober 2013
|
6
|
VI
|
17 - 26 Oktober 2013
|
Jumat, 06 September 2013
contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kurikulum 2013
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Satuan Pendidikan : SDN TUNAS KARYA
Kelas/Semester : IV/1
Tema : Berbagai
Pekerjaan
sub
Tema : Barang dan Jasa
Waktu
: 1
x 35 menit
A. Kompetensi Inti
1.
Menerima, menghargai, dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2.
Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
3.
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain
4.
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia
B. Kompetensi Dasar
IPA
3.7
Mendeskripsikan hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan teknologi dan
masyarakat
SbdP
Jumat, 30 Agustus 2013
STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 point (a)
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Artinya, proses pendidikan berujung
kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta
pengembangan ketrampilan anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru
merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar dalam
menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan model
pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran
dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya, suatu kegiatan
dan bukan suatu prestasi atau tujuan (Hamalik, 2007:27). Pencapaian prestasi
belajar ditentukan oleh kemampuan belajar serta kemauan belajar peserta didik
(Siti Irene, 2012). Setiap individu atau peserta didik memiliki kemampuan dan
kemamuan belajar yang tidak sama. Dengan kemampuan yang heterogen pada peserta
didik dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan diperlukan suatu strategi
belajar untuk dapat mengatasi permasalahan pembelajaran pada peserta didik.
Model pembelajaran erat kaitannya dengan
strategi pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia (2005:1092) terdapat
beberapa pengertian strategi yaitu 1) ilmu dan seni menggunakan sumber
daya bangsa untuk melaksanakan kbijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, 2)
rencana yang cermat mengenai kgiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam KTSP
(2007:223) dijelaskan bahawa pembelajaran mrupakan upaya untuk menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara peneliti
dengan dengan siswa, antara siswa dengan siswa.
Proses pembelajaran dikatakan efektif
apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik
maupun sosial. Pembelajaran juga dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat
secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di
samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang
tinggi, smangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri
(Mulyasa, 2004).
Namun dalam pelaksanaannya hal yang
menonjol ialah pserta didik kurang berpartisipasi, kurang terlibat, dan kurang
mempunyai inisiatif serta kontribusi baik secara intelektual maupun emosional.
Pertanyaan dari peserta didik, gagasan maupun pendapat jarang muncul (Sukidin,
dkk., 2002). Sehingga perlu adanya kolaborasi antara pendidik dan peserta
didik dalam pembelajaran srta pentingnya guru untuk mnysuaikan pemblajaran
berdasarkan kemampuan peserta didik yang dimiliki.
Guru perlu memberi respon positif secara
konkret dan objektif yang berupa upaya membangkitkan partisipasi siswa baik
dalam bentuk menyampaikan pertanyaan, pendapat, usul, sanggahan ataupun
jawaban, termasuk partisispasi mengikuti pelajaran dengan baik juga mengerjakan
tugas di kelas dan di rumah dengan baik (Sukidin, dkk., 2002).
Pada pelaksanaan pembelajaran pada
umumnya. Pembelajaran di dalam kelas pada beberapa sekolah masih menggunakan
metode pembelajaran konvensional yang mana guru masih mendominasi dengan
kegiatan ceramah. Apabila hal ini dilakukan secara terus menerus maka kondisi
pembelajaran di dalam kelas tidak dapat berkembang. Hal ini dikarenakan setiap
siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat mengapresiasikan pendapatnya ketika
dia menemukan suatu permasalahan yang memerlukan pemecahan. Seharusnya
pembelajaran di dalam kelas sudah harus diarahkan untuk membentuk siswa menjadi
manusia yang mandiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dijumpainya
ketika dia dihadapkan pada permasalahan di kehidupan nyata. Banyaknya model
pembelajaran pada metode kooperatif dapat menjadi salah satu pilihan seorang
pendidik untuk mengurangi dominasi pembelajaran di dalam kelas. Siswa sudah
harus aktif untuk mengaplikasikan antara materi yang ada dengan permasalahan
yang akan dihadapi dalam dunia nyata. Hal ini dapat menguntungkan siswa,
apabila siswa dapat berkreasi dengan ide-ide yang ada dalam setiap permasalahan
yang ada, maka seorang siswa akan terbiasa menghadapi permasalahan yang
berkaitan dengan materi yang telah dipelajarinya. Salah satu model pembelajaran
alternatif tersebut adalah model pembelajaranproblem based learning atau
model pembelajaran pemecahan masalah. Model pembelajaran ini dapat mengurangi
dominasi guru dalam mengajar di dalam kelas. Model pembelajaran ini sekaligus
dapat mengorganisir siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru pada
kegiatan pembelajaran. Sekaligus model pembelajaran ini dapat membiasakan siswa
untuk bekerja dalam sebuah kelompok kecil. Makalah ini akan memaparkan lebih
detail seperti apa modl pembelajaran problem based learning itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah model pembelajaran problem based learning itu?
2. Bgaimanakah implementasi model pembelajaran problem based learning
itu?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran problem
based learning?
----------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning
. Program
inovatif Problem Based Learning (PBL) pertama kali diperkenalkan oleh Faculty
of Health Sciences of Mc Master University di Kanada pada tahun 1966. Yang
menjadi ciri khas dari pelaksanaan PBL di mcmaster adalah filosofi pendidikan
yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan
antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah.
Kemudian pada tahun
1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai institusi
pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan PBL di
Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan
keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam
perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian oleh
banyak fakultas kedokteran di dunia.Problem Based Learning (pembelajaran
berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran
berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam
situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar.
Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Problem Based Learning
merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning merupakan
proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah
dalam kehidupan nyata dan kemudian dari masalah ini siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru.
1. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Departemen Pendidikan
Nasional (2003), Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar
yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi
belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan
mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan
belajarnya itu.
Dari pengertian ini,
dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk
menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus
belajar.
Muslimin Ibrahim
(2000:7) Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Dari pengertian ini kita dapat
mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan
belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya
akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.
2. Karakteristik Problem Based Learning
PBL memiliki
karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan satu masalah, (2)
memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3)
mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu, (4)
memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan
kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah
mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian di
atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya
masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian
siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa
yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih
masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong
berperan aktif dalam belajar.
Kriteria Pemilihan
Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa
bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
b. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,
sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
c. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan
orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.
d. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Problem Based Learning
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pembelajar. Kepala pembelajar dipandang sebagai kotak
kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih
diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pembelajar pada memorinya seperti
menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung
pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa
memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar
konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru
digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak
hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi
itu diinterpretasikan dan dipanggil. Knowing About Knowing (metakognisi)
Mempengaruhi Pembelajaran.
2. Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila
pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum
mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi
dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what
am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan
evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak
hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge),
tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara
khusus keterampilan metakognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar
diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah
hasil pemecahan masalah masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip
ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk
memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah
merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan
penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai
dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan
pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan
serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikan tradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman
masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya,
Clement, 1990).
C. Implementasi Problem Based Learning
PBL merupakan model pembelajaran yang
berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL,
fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode
ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja
harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian
tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan
menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir
kritis.
PBL dapat
dimulai dengan mengembangkan
masalah yang: (1) menangkap minat siswa
dengan menghubungkannya dengan isue di dunia nyata; (2)
menggambarkan atau mendatangkan pengalaman dan belajar siswa sebelumnya; (3)
memadukan isi tujuan dengan ketrampilan pemecahan masalah; (4) membutuhkan
kerjasama, metode banyak tingkat (multi-staged method) untuk
menyelesaikannya; dan (5) mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian
independent untuk menghimpun atau memperoleh semua informasi yang relevan
dengan masalah tersebut.
Pembelajaran PBL mendasarkan pada
masalah, maka pemilihan masalah menjadi hal yang sangat penting. Masalah untuk
PBL seharusnya dipilih sedemikian hingga menantang minat siswa
untuk menyelesaikannya, menghubungkan dengan pengalaman dan belajar sebelumnya,
dan membutuhkan kerjasama dan berbagai strategi untuk menyelesaikannya. Untuk
keperluan ini, masalah open-ended yang disarankan untuk dijadikan titik awal
pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis masalah
dikembangkan berdasarkankonsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner.
Konsep tersebutadalah belajar penemuan atau discovery learning, Johnson
membedakannya dengan Inquiry Learning. Dalam discovery learning, ada pengalaman
yang disebut ”... ahaa experience”. Yang dapat diartikanseperti nah ini dia.
Sebaliknya Inquiry Learning tidak selalu sampai padaproses tersebut. Hal ini
karena proses akhir discovery learning adalah penemuan, sedangkan Inquiry
Learning proses akhir terletak padakepuasan kegiatan peneliti. Meskipun
demikian akan tetapi keduanyamemiliki persamaan. Discovery learning dan Inquiry
Learning merupakanpembelajaran beraksentuasi pada masalah-masalah kontekstual.
Keduanyamerupakan pembelajaran yang menekankan aktivitas penyelidikan.
Dengan adanya ransangan atau stimulus
berupa masalah yangberkaitan dengan materi pelajaran maka kemampuan siswa untuk
menganalisis suatu permasalahan yang berdasarkan teori yang sesuai akanmampu
melahirkan suatu pengetahuan baru dan cara baru dalam mengatasiberbagai masalah
yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dipelajari.
D. Kelebihan dan Kekurangan PBL
1. Kelebihan PBL
Kelebihan penggunaan pembelajaran
berdasarkan masalah adalah (Taufiq, 2009):
a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri menemukan
konsep tersebut;
b. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berpikir siswa yang lebih tinggi;
c. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga
pembelajaran lebih bermakna;
d. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang
diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat
meningkatkan motivasi dan keterkaitan pembelajar terhadap bahan yang
dipelajari;
e. Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara
pembelajar;
f. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi
terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar
pebelajar dapat diharapkan;
g. Merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk
melakukan pembelajaran yang reflektif, kritis dan aktif;
h. Merangsang peserta didik untuk bertanya dan menggali pengetahuan secara
mendalam;
i. Mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu: kompleks dan berubah- ubah
sesuai kebutuhan, sebagai respons terhadap masalah yang dihadapi.
Ada beberapa keunggulan PBL (Boud, 1985
dalam Baden and Major,
2003) yang ditemukan yaitu: “Dapat memperluas tema, menggunakan pendekatan yang beragam, memperluas filosofis, serta akhir pembelajarannya berujung terbuka.” Sebagai perluasan filosofis maka PBL mencakup tiga bidang yang luas, yaitu:
2003) yang ditemukan yaitu: “Dapat memperluas tema, menggunakan pendekatan yang beragam, memperluas filosofis, serta akhir pembelajarannya berujung terbuka.” Sebagai perluasan filosofis maka PBL mencakup tiga bidang yang luas, yaitu:
a. Menggunakan organisasi kurikulum disekitar masalah, karena itu lebih
bersifat kurikulum terintegrasi dan menekankan pada keterampilan kognitif;
b. Kondisi yang difasilitasi oleh PBL berupa belajar dalam kelompok- kelompok
kecil, tutorial, dan belajar aktif;
c. Hasil belajar yang difasilitasi oleh PBL berupa pengembangan keterampilan
dan motivasi, seiring dengan pengembangan kemampuan belajar sepanjang hayat.
Karena PBL lebih memfasilitasi inkuiri melaksanakan PBL dengan membentuk perpaduan dan saling keterkaitan secara
bebas antara PBL dengan project-based learning, problem-solving learning,
action and work-based learning.
2. Kekurangan PBL
Kekurangan penggunaan model pembelajaran
berdasarkan masalah adalah (Taufiq, 2009):
a. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai;
b. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
c. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian
materi terjadi secara satu arah.
d. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang
lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi
persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan
dengan beban kurikulum.
e. Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru
tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang
berbeda," (hal. 419).
f. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman
sebelumnya.
g. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup
sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat
menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja
keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan
kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam
pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh
pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari
prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL
dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian
siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa
yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat
memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka
terdorong berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus
pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat
memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama
dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan
dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan,
melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat
kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa.
Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa
yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam
kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Berbasis Masalah
bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi mandiri, membantu siswa
mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, membuat
kemungkinan transfers pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang
otentik.
Prinsip-prinsip pembelajaran problem
basd learning : 1) pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal,
pertanyaan, dsb) yang perlu diselesaika. Masalah yang dihadapi akan merangsang
peserta didik untuk mencari solusinya. 2) pserta didik mencari/membentuk
pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga
hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu: 1) Inkuiri dan ketrampilan melakukan
pemecahan masalah. 2) Belajar model peraturan orang dewasa (adult role
behaviors), dan 3) Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent
learning).
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Arindawati, A. E. 2004. Beberapa
Alternatif Pembelajaran di Sekolah Dasar. Malang: Bayu Media
Publising.
Hamalik. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
KTSP. 2007. Pembelajaran
Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan
Pengawas Sekolah). Jakarta: Dharma Bhakti.
Maimunah Lastiti, Latifah. 2005. Peningkatan
Komptnsi Siswa Kelas VI SD Melalui Pendekatan Kooperatif Modl STAD. Yogyakarta:
Cope
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum
Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Ras-eko.blogspot.com
by: Taufik Mulyana,S.Pd.M.Pd
Abdul gani Wijaya,S.Pd.M.Pd
Langganan:
Postingan (Atom)
Berita yang lain
-
DALAM UPACARA AMPIH PARE oleh: Rikhsan Nurhadian S. 1. Nama Upacara Nama upacara adalah Pagelaran Tarawangsa [1] dalam Upacara Ampih ...
-
file:///D:/DATA%20VIEKS/KTSP%20&%20Batuan/DATA%20KTSP/PDF%20KTSP%20SD%20new%20(F)/
-
0 komentar Link ke posting ini Nomor NPSN Nama Alamat Sekolah Kec...
-
Pelaksanaan kegiatan karya wisata adalah salah satu bentuk pembelajaran sebagai pengetahuan penambah ilmu pengetahuan di luar sekolah ya...
-
Berdasar buku panduan sertifikasi guru 2011, pola sertifikasi 2011 ada sedikit perbedaan dengan tahun se...
-
Propinsi Jawa Barat << Pilih Propinsi Lain Kota Kab. Bandung Barat << Pilih Kota Lain J...
-
Akibatkan guru-guru mogok, kegiatan belajar siswa SDN 1 Ciwaruga terbengkalai. Mereka tidak bisa masuk kelas, karena digembok ...