DALAM PEMBELAJARANTEMATIK TERPADU
A.
Pengantar
Memasuki Tahun 2013 akan segera
diberlakukan pembelajaran Tematik
Terpadu bagi peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI.
Pembelajaran dimaksud adalah dengan menggunakan Tema yang akan menjadi pemersatu berbagai mata
pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk
semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah
ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti
ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran
antara lain meliputi langkah-langkah pokok
1.
Mengamati
2.
Menanya
3.
Menalar
4.
Mencoba
5.
Mengolah
6.
Menyajikan
7.
Menyimpulkan dan
8.
Mengkomunikasikan
Langkah-langkah
tersebut tidak selalu dilalui secara berurutan,
terlebih pada pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya
menggunakan Tema sebagai pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik keilmuan yang antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena
itu agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih
memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan scientific.
B.
Pendekatan
ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa
pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang
menyatukan beberapa mata pelajaran dengan Tema sebagai pemersatunya. Sementara
karakteristik keilmuan dari setiap
materi pelajaran tidaklah sama maka khusus untuk penyajian pembelajaran dapat
disajikan langkah dalam pendekatan ilmiah sebagai berikut:
1.
Mengamati
Dalam
penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas I Sekolah Dasar) perlu
memahami apa yang hendak dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat
peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih
banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat
kontekstual. Berikut contoh Tema Kegiatanku. Peserta didik diajak
mengamati gambar, kemudian mereka diajak mengidentifikasi, tentang ciri-ciri
rumah. Apakah termasuk rumah yang bersih, dan apa syaratnya atau kriterianya
rumah yang sehat. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan dapat secara
langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut dalam kompetensi
dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan
media yang tersedia. Kegiatan apa yang
harus dilakukan dengan kondisi rumah yag diamati.
2.
Menanya
Peserta
didik yang masih duduk di kelas I Sekolah Dasar tidak mudah diajak bertanya
jawab apabila tidak dihadapkan dengan
media yang menarik. Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta
didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau
memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan
peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak
dan pembelajar yang baik.
Berbeda
dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk
“kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal. Dengan
media gambar peserta didik diajak bertanya jawab kegiatan apa saja yang harus
dilakukan peserta didik agar rumah dan lingkungannya menjadi bersih dan sehat sekaligus membedakan rumah yang bersih dan
yang tidak bersih. (Eksplorasi)
Bentuk
pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri rumah yang sehat?
Pada saat siswa mengamati dan menjawab
pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan mengakomodasi mata pelajaran Bahasa
Indonesia, (untuk aspek mendengarkan, dan berbicaranya, membaca gambar serta
menulis hasil identifikasi ciri-ciri rumah bersih dan sehat). Bagi peserta didik yang masih duduk di kelas I
Sekolah Dasar yang belum lancar membaca tulisan akan diganti dengan membaca
gambar. Sedangkan konten yang yang
sedang dibahas merupakan substansi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia/di
dalamnya memuat IPA. Lebih lanjut dapat dipadukan dengan mata pelajaran Matematika tentang bangun datar dan bangun
ruang.
3.
Menalar
Apabila
dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah
tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah
menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan
dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena
itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer
peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan
peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak
berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi,
asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai
hasil dari kesamaan antara pikiran atau
kedekatan dalam ruang dan waktu. (Eksplorasi dan Elaborasi)
Contoh
untuk kegiatan menalar ini bisa dengan gambar-gambar sebagai berikut:
No
|
Gambar
|
Kegiatan
di rumah
|
Kegiatan
di sekolah
|
Kegiatan
di lingkungan masyarakat
|
1.
|
|
Ö
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
Peserta
didik akan mengamati dan mengerjakan tugas dari guru dengan cara memberikan
tanda cek ( √ )
4.
Mencoba
Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, (Kelas I SD/MI) misalnya, peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA yang ada di dalam Bahasa Indonesia dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki
keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta
mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. (Eksplorasi dan
elaborasi)
Contoh:
Peserta
didik bisa diajak berdiri di tengah lapangan untuk mencoba dan mempraktekkan
apakah bayang-bayang tubuh manusia bisa berjalan?
Dan pada
pukul berapa bayang-bayang manusia menyatu dengan tubuh manusia?
5. Mengolah
Pada
tahapan mengolah ini peserta didik
sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada
pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif
atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.
Jika pembelajaran kolaboratif
diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang
lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi
dengan empati, salingmenghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan
masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga
memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar
secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling
bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang
sedang dipelajari (Kegiatan Elaborasi).
Hasil
tugas dikerjakan bersama dalam satu
kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru
6.
Menyimpulkan
Kegiatan
menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau
bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan
mengolah informasi.
7.
Menyajikan
Hasil tugas
yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam
bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan
terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing
individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta
didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
8.
Mengkomunikasikan
Pada
keCONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
DALAM PEMBELAJARANTEMATIK TERPADU
A.
Pengantar
Memasuki Tahun 2013 akan segera
diberlakukan pembelajaran Tematik
Terpadu bagi peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI.
Pembelajaran dimaksud adalah dengan menggunakan Tema yang akan menjadi pemersatu berbagai mata
pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk
semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah
ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti
ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran
antara lain meliputi langkah-langkah pokok
1.
Mengamati
2.
Menanya
3.
Menalar
4.
Mencoba
5.
Mengolah
6.
Menyajikan
7.
Menyimpulkan dan
8.
Mengkomunikasikan
Langkah-langkah
tersebut tidak selalu dilalui secara berurutan,
terlebih pada pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya
menggunakan Tema sebagai pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik keilmuan yang antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena
itu agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih
memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan scientific.
B.
Pendekatan
ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa
pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang
menyatukan beberapa mata pelajaran dengan Tema sebagai pemersatunya. Sementara
karakteristik keilmuan dari setiap
materi pelajaran tidaklah sama maka khusus untuk penyajian pembelajaran dapat
disajikan langkah dalam pendekatan ilmiah sebagai berikut:
1.
Mengamati
Dalam
penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas I Sekolah Dasar) perlu
memahami apa yang hendak dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat
peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih
banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat
kontekstual. Berikut contoh Tema Kegiatanku. Peserta didik diajak
mengamati gambar, kemudian mereka diajak mengidentifikasi, tentang ciri-ciri
rumah. Apakah termasuk rumah yang bersih, dan apa syaratnya atau kriterianya
rumah yang sehat. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan dapat secara
langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut dalam kompetensi
dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan
media yang tersedia. Kegiatan apa yang
harus dilakukan dengan kondisi rumah yag diamati.
2.
Menanya
Peserta
didik yang masih duduk di kelas I Sekolah Dasar tidak mudah diajak bertanya
jawab apabila tidak dihadapkan dengan
media yang menarik. Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta
didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau
memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan
peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak
dan pembelajar yang baik.
Berbeda
dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk
“kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal. Dengan
media gambar peserta didik diajak bertanya jawab kegiatan apa saja yang harus
dilakukan peserta didik agar rumah dan lingkungannya menjadi bersih dan sehat sekaligus membedakan rumah yang bersih dan
yang tidak bersih. (Eksplorasi)
Bentuk
pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri rumah yang sehat?
Pada saat siswa mengamati dan menjawab
pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan mengakomodasi mata pelajaran Bahasa
Indonesia, (untuk aspek mendengarkan, dan berbicaranya, membaca gambar serta
menulis hasil identifikasi ciri-ciri rumah bersih dan sehat). Bagi peserta didik yang masih duduk di kelas I
Sekolah Dasar yang belum lancar membaca tulisan akan diganti dengan membaca
gambar. Sedangkan konten yang yang
sedang dibahas merupakan substansi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia/di
dalamnya memuat IPA. Lebih lanjut dapat dipadukan dengan mata pelajaran Matematika tentang bangun datar dan bangun
ruang.
3.
Menalar
Apabila
dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah
tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah
menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan
dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena
itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer
peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan
peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak
berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi,
asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai
hasil dari kesamaan antara pikiran atau
kedekatan dalam ruang dan waktu. (Eksplorasi dan Elaborasi)
Contoh
untuk kegiatan menalar ini bisa dengan gambar-gambar sebagai berikut:
No
|
Gambar
|
Kegiatan
di rumah
|
Kegiatan
di sekolah
|
Kegiatan
di lingkungan masyarakat
|
1.
|
|
Ö
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
Peserta
didik akan mengamati dan mengerjakan tugas dari guru dengan cara memberikan
tanda cek ( √ )
4.
Mencoba
Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, (Kelas I SD/MI) misalnya, peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA yang ada di dalam Bahasa Indonesia dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki
keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta
mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. (Eksplorasi dan
elaborasi)
Contoh:
Peserta
didik bisa diajak berdiri di tengah lapangan untuk mencoba dan mempraktekkan
apakah bayang-bayang tubuh manusia bisa berjalan?
Dan pada
pukul berapa bayang-bayang manusia menyatu dengan tubuh manusia?
5. Mengolah
Pada
tahapan mengolah ini peserta didik
sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada
pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif
atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.
Jika pembelajaran kolaboratif
diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang
lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi
dengan empati, salingmenghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan
masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga
memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar
secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling
bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang
sedang dipelajari (Kegiatan Elaborasi).
Hasil
tugas dikerjakan bersama dalam satu
kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru
6.
Menyimpulkan
Kegiatan
menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau
bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan
mengolah informasi.
7.
Menyajikan
Hasil tugas
yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam
bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan
terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing
individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta
didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
8.
Mengkomunikasikan
Pada
kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan
mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta
didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah
benar atau ada yang harus diperbaiki.
Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada
Standar Proses.
C. Penutup
Pendekatan ilmiah atau scientific
dalam pembelajaran Tematik Terpadu akan semakin bagus apabila dilakukan secara
alami, mengalir begitu saja, kontekstual dan terkait dengan pengalaman hidup
sehari-hari peserta didik.
Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah seperti dijelaskan di atas tentu
saja harus dijiwai oleh perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan sehari-hari yang pada
muaranya akan berdampak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Referensi:
Shelly Frei, (2008), Teaching Mathematics Today, Huntington Beach, CA 92649-1030: Shell
Education
Sudarwan,
Prof., (2013), Pendekatan-pendekatan
Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop Kurikulum, Jakartagiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan
mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta
didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah
benar atau ada yang harus diperbaiki.
Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada
Standar Proses.
C. Penutup
Pendekatan ilmiah atau scientific
dalam pembelajaran Tematik Terpadu akan semakin bagus apabila dilakukan secara
alami, mengalir begitu saja, kontekstual dan terkait dengan pengalaman hidup
sehari-hari peserta didik.
Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah seperti dijelaskan di atas tentu
saja harus dijiwai oleh perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan sehari-hari yang pada
muaranya akan berdampak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Referensi:
Shelly Frei, (2008), Teaching Mathematics Today, Huntington Beach, CA 92649-1030: Shell
Education
Sudarwan,
Prof., (2013), Pendekatan-pendekatan
Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop Kurikulum, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar